Top! Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 3 Tahun Berturut-turut

Advenia Elisabeth, Jurnalis
Senin 15 Mei 2023 12:25 WIB
Neraca Perdagangan RI Kembali Surplus. (Foto: Okezone.com/Freepik)
Share :

JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia kembali surplus pada April 2023. Dengan demikian neraca perdagangan sudah surplus selama 36 bulan atau 3 tahun.

Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik, Imam Machdi mengatakan, surplus tersebut berasal dari sektor nonmigas USD5,64 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai USD1,70 miliar.

"Neraca perdagangan Indonesia sampai April 2023 surplus selama 36 bulan berturut-turut, sejak Mei 2020. Surplus April 2023 ini menguat dibandingkan dengan bulan sebelumnya meskipun tercatat lebih rendah dari April 2022," ujar Imam dalam rilis resmi BPS di Jakarta, Senin (15/5/2023).

Kemudian ia melaporkan, terkait neraca perdagangan komoditas nonmigas tercatat surplus sebesar USD 5,64 miliar dengan komoditas penyumbang surplus yaitu bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.

Sementara, neraca perdagangan komoditas migas terjadi defisit USD1,70 miliar dengan komoditas penyumbang defisit yaitu minyak mentah dan hasil minyak.

Lebih lanjut Imam memaparkan, dilihat dari asal negara, terdapat tiga negara yang menjadi penyumbang surplus nonmigas terbesar pada Februari 2023 yaitu India, Amerika Serikat, dan Filipina.

"Untuk negara India surplus sebesar USD1,116 juta, terbesar pada komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minuam nabati, serta besi dan baja," bebernya.

Sambung Imam, untuk negara Amerika Serikat surplus sebesar USD 913,8 juta. Komoditas pendukungnya terbesar adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, pakaian dan aksesoris (rajutan), dan alas kaki.

Sedangkan negara Filipina surplus sebesar USD656,7 juta dengan komoditas penyumbang adalah bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya, dan berbagai makanan olahan.

Di sisi lain, tiga negara yang menyumbang defisit terdalam pada kinerja neraca perdagangan April 2023, yaitu Australia sebesar USD431,5juta dengan komoditas penyumbang defisitnya yakni serealia, bahan bakar mineral, dan biji logam, terak, abu.

Kemudian Thailand sebesar USD254,6 juta dengan penyumbang defisitnya yakni gula dan kembang gula, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, termasuk plastik dan barang dari plastik.

"Lalu negara terakhir yakni Brasil sebesar USD216 juta dengan komoditas penyumbangnya yaitu ampas dan sisa industri makanan, serealia, dan pulp dari kayu," pungkas Imam.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya