JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia surplus dalam 3 tahun ini. Surplus tersebut didorong sejumlah komoditas utama Tanah Air.
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik Imam Machdi mengatakan, neraca perdagangan komoditas nonmigas tercatat surplus sebesar USD5,64 miliar dengan komoditas penyumbang surplus yaitu bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.
"Sementara neraca perdagangan komoditas migas terjadi defisit USD1,70 miliar dengan komoditas penyumbang defisit yaitu minyak mentah dan hasil minyak," katanya, Senin (15/5/2023).
Lebih lanjut, dilihat dari asal negara, terdapat tiga negara yang menjadi penyumbang surplus nonmigas terbesar pada Februari 2023 yaitu India, Amerika Serikat, dan Filipina.
"Untuk negara India surplus sebesar USD1,116 juta, terbesar pada komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minuam nabati, serta besi dan baja," bebernya.
Untuk negara Amerika Serikat surplus sebesar USD 913,8 juta. Komoditas pendukungnya terbesar adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, pakaian dan aksesoris (rajutan), dan alas kaki.
Sedangkan negara Filipina surplus sebesar USD656,7 juta dengan komoditas penyumbang adalah bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya, dan berbagai makanan olahan.
Di sisi lain, tiga negara yang menyumbang defisit terdalam pada kinerja neraca perdagangan April 2023, yaitu Australia sebesar USD431,5juta dengan komoditas penyumbang defisitnya yakni serealia, bahan bakar mineral, dan biji logam, terak, abu.
Kemudian Thailand sebesar USD254,6 juta dengan penyumbang defisitnya yakni gula dan kembang gula, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, termasuk plastik dan barang dari plastik.
"Lalu negara terakhir yakni Brasil sebesar USD216 juta dengan komoditas penyumbangnya yaitu ampas dan sisa industri makanan, serealia, dan pulp dari kayu," pungkas Imam.
(Feby Novalius)