Sebagai gantinya, perusahaan menambah kapasitas EBT hingga 20,9 GW tanpa menambah PLTU baru. Langkah ini berpotensi menurunkan 1,8 miliar ton CO2 pada 25 tahun mendatang.
"Apakah ini cukup? Belum cukup, kami telah menghapus 13,3 GW PLTU dari perencanaan. Ini bisa menurunkan sekitar 1,8 miliar ton CO2 dalam 25 tahun ke depan. Kami mengganti 1,1 GW PLTU dengan EBT Baseload," ucapnya.
PLN juga menggantikan 800 MW PLTU dengan pembangkit gas. Upaya itu digadang-gadang bisa menurunkan emisi hingga 50 persen CO2 dalam 25 tahun ke depan.
"Apakah ini cukup? Belum cukup, sebanyak 1,3 GW PLTU yang sudah menandatangani Power Purchase Agreement (PPA), berhasil kami terminasi. Ini menurunkan emisi sekitar 175 juta ton CO2 dalam 25 tahun ke depan," lanjut dia.
Tidak hanya dari sisi hulu, PLN juga berupaya mengurangi emisi di sisi hilir dengan mengakselerasi pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, salah satunya dengan menyediakan infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik.
Hingga saat ini, telah tersedia 616 unit SPKLU, 1.056 unit SPBKLU dan 6.705 Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU).
Darmawan menilai dalam menghadapi krisis iklim dibutuhkan kerja sama secara global. PLN butuh kolaborasi dalam membuat kebijakan, strategi, pendanaan, dan kolaborasi inovasi.
Karena itu, BUMN kelistrikan ini membuka kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menambah pengoperasian charging station dengan skema kemitraan sesuai dengan kebutuhan ekosistem kendaraan listrik yang kian menjamur.
Tak sampai di situ saja, PLN juga terus berinovasi untuk mengajak masyarakat untuk beralih ke gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dengan kendaraan listrik.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)