Sayangnya, belum ada kesepakatan yang dihasilkan, sehingga membuat LG berpotensi mundur dari keterlibatannya di dalam mega proyek kendaraan listrik.
Erick menegaskan tanpa LG Energy Solution Indonesia tetap menjadi pusat baterai kendaraan listrik dunia.
Pasalnya, sejumlah perusahaan raksasa asal Eropa Amerika Serikat, dan Asia Tenggara menaruh minat yang tinggi terhadap proyek EV di Indonesia.
"Tetapi saya rasa bukan karena salah satu investor Indonesia tidak menjadi pusat EV, tidak. Indonesia sendiri masih produsen nikel terbesar dan jelas komitmen bapak Presiden hilirisasi harus tetap terjadi di Indonesia," tuturnya.
"Amerika dan Eropa dan banyak negara sangat positif hal ini, termasuk bilateral dengan Vietnam, salah satu isunya EV battery juga, bagaimana Vietnam ingin bekerja sama dengan Indonesia untuk juga bisa punya akses dapat baterai listriknya dari Indonesia, itu yang kita dorong kerja sama dengan berbagai pihak sebagai keseimbanagan pasar terbuka," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)