JAKARTA — Arab Saudi bakal melakukan pemangkasan pasokan minyak tambahan sebesar 1 juta barel per hari ini. Langkah ini dapat membawa tingkat produksi Arab Saudi ke level terendah selama beberapa tahun setelah adanya penurunan harga minyak mentah.
Adapun pemangkasan dilakukan oleh Arab Saudi berbeda dengan negara lainnya di Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia (OPEC+).
Pasalnya, Rusia tidak membuat komitmen untuk memangkas produksi lebih dalam, sementara Uni Emirat Arab justru akan mengamankan kuota produksi yang lebih tinggi untuk tahun 2024.
“Kami akan melakukan apapun yang diperlukan untuk membawa stabilitas ke pasar," ujar Menteri Energi Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, dilansir dari Bloomberg pada Senin (5/6/2023).
West Texas Intermediate melonjak hampir 5% di awal sesi pada hari Senin sebelum memangkas beberapa kenaikan untuk diperdagangkan di atas USD 73 per barel. Sementara, patokan global Brent naik menuju USD 78 per barel.
Langkah ini dilakukan oleh Arab Saudi setelah harga minyak yang terpukul oleh prospek ekonomi yang lebih lemah, terutama di China. Langkah ini dinilai perlu dilakukan karena negara OPEC+ lainnya tidak menawarkan tindakan tambahan untuk menopang pasar saat ini, tetapi berjanji untuk mempertahankan pemotongan yang ada hingga akhir 2024.
Upaya Saudi untuk memangkas produksi dan meningkatkan harga ekspor terpentingnya membutuhkan pengorbanan pangsa pasar lebih lanjut. Pasalnya, permintaan minyak global diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi tahun ini, tetapi pemotongan tambahan yang diumumkan pada hari Minggu akan membawa produksi Saudi menjadi sekitar 9 juta barel per hari pada bulan Juli, terendah sejak Juni 2021 ketika produksi masih pulih dari kedalaman wabah pandemi Covid-19.
Pemenang utama dari pembicaraan OPEC+ pada akhir pekan lalu adalah Uni Emirat Arab, yang dapat menaikkan batas produksinya tahun depan dengan mengorbankan beberapa anggota Afrika, yang diminta menyerahkan sebagian dari kuota mereka yang tidak terpakai.