MALANG - Seorang pemuda asal Kabupaten Malang berhasil memberdayakan masyarakat sekitar berkat pemasaran digital kerajinan kulit.
Dia adalah Galuh Tri Pamungkas (29) ini merintis usaha kerajinan kulit sejak 2014 lalu, namun ia baru membuat brand sendiri bernama Revenleather pada 2019 lalu pasca produknya laris manis di beberapa marketplace.
Galuh Tri Pamungkas pendiri Revenleather mengungkapkan, bila dia mengawali usaha kerajinan kulit pada 2014 lalu.
Kala itu dia masih menempuh pendidikan di Universitas Negeri Malang (UM) ketika keluarganya mengalami persoalan ekonomi.
"Saat itu usaha ayah saya sedang ada masalah ekonomi bangkrut. Akhirnya dari sisi ekonomi tidak memungkinkan lagi untuk lanjut kuliah. Orang tua bangkrut, ibu depresi. Akhirnya menjadikan saya bisa mandiri, berpikir caranya gimana bisa mandiri," ucap Galuh saat ditemui MPI, pada Senin (7/8/2023).
Dari sana dia lantas mulai berkecimpung dalam kerajinan kulit dari sapi.
Namun di awal dia hanya memasarkan beberapa produk kerajinan kulit yang diproduksi masyarakat sekitar Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Produk itu kemudian diunggahnya di sebuah marketplace yang kini sudah tutup.
"Kita putuskan yang kita jual produk kulit yang ada di sekitar sini. Setiap hari Sabtu Minggu kita foto, Minggu malam kita upload, dulu belum ada akses internet kita ke warnet menguploadnya, situsnya sekarang sudah nggak ada. Kok dari sana responnya bagus, awalnya cuma foto produk orang saya kulakan sendiri," jelasnya.
Galuh akhirnya mencoba membeli dalam jumlah besar di Pasar Besar Kota Malang.
Dari produk yang dibelinya itu ia lantas mencoba menjualkan kembali dibantu beberapa rekannya. Hasilnya perlahan tapi pasti produk kerajinan kulit yang dia pasarkan mulai mendapat segmentasi konsumen.
BACA JUGA:
Puncaknya ketika Galuh beralih marketplace sehingga membuat kepercayaan konsumen kian meningkat.
Apalagi di marketplace baru tersebut, penggunanya disebut lebih banyak. Hal ini membuat produknya jauh lebih mudah laku hingga puluhan produk seharinya.
Saat itu dia belum menggunakan brand sendiri, dan hanya numpang brand ke salah satu brand fashion ternama di Indonesia.
Akibatnya, ketika produknya sudah mulai naik, pihak marketplace menghapus toko jualannya karena menjual produk KW.
"Penjualan kita sudah bagus, ada satu problem lagi, waktu itu yang kita jual produk KW. Dalam artian pakai merk yang terkenal, ketika produk ini laris dan itu produk KW sama Tokopedia dihapus, akhirnya kita mikir lagi gimana ya, kita putuskan mau nggak mau buat merek sendiri, titik poin di sana akhirnya memutuskan membuat merk Revenleather," terangnya.
Dirinya dan beberapa teman usahanya akhirnya memulai langkah baru dengan belajar pemasaran digital melalui media sosial Facebook. Lambat laun usaha pemasaran kerajinan kulitnya membuahkan hasil.
Berbagai produk mulai dari dompet, tas, ikat pinggang, hingga tempat ID card, yang diproduksi dan dijualnya laris manis di pasaran.
"Merk Revenleather ini mulai 2019 ya karena tadi berawal dihapus makai produk KW. Kalau sekarang jalan sudah terjual 200 - 300 produk sehari. Memperdayakan lebih dari 100 mitra pengerajin kulit," ujarnya.
Bahkan mitra pengerajinnya kini telah tersebar hingga tiga kabupaten kota di Jawa Timur. Selain di Kabupaten Malang, Kota Malang, mitra pengerajin kulit juga tersebar di wilayah Kabupaten Jombang, Tuban, dan Sidoarjo.
"Kalau yang di Malang dan Kepanjen ini ada 40 - 50 lebih, di Sidoarjo sekitar 30 - 40 orang mitra pengerajin. Kalau pekerjanya internal di sini ada 30 orang, yang magang ada 15, mayoritas memang anak muda, lulusan SMK kebanyakan, ada yang sarjana, banyak yang dari Malang sini, ada yang dari luar Malang," terangnya.
Kini berkat kerja keras Galuh dan rekannya, ia bisa memberdayakan masyarakat melalui kerajinan olahan kulit.
Bahkan kini produknya telah menembus tiga pasar ekspor di Malaysia, Singapura, dan Filipina.
"Kalau yang di tiga negara ini dipasarkan marketplace, sudah rutin ada yang beli, tapi belum ada reseller, cuma pasarnya memang ada," tukasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)