Siapa Pendiri PT Indocement? Ternyata Ini Orangnya

Hafizhuddin , Jurnalis
Jum'at 11 Agustus 2023 20:10 WIB
Siapa Pendiri PT Indocement? (Foto: Okezone.com/Ist)
Share :

JAKARTA - Siapa pendiri PT Indocement? perusahaan produsen semen paling besar di Indonesia.

Nama Perseroan Terbatas Indocement Tunggal Prakarsa (PT Indocement) pertama kali ada pada Juni 1985. Sebelumnya PT Indocement adalah 6 perusahaan terpisah antara lain, 1. PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (1973), 2. PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise (1973).

3. PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (1978), 4. PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (1979), 5. PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (1980), 6. PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise (1980).

Pendiri Awal

PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE) sebagai pelopor turunan pabrik semen lain yang telah disebutkan di atas, didirikan oleh Sudono Salim bersama perusahaannya Salim Group. Umurnya yang baru genap 1 tahun, tidak menghalangi Salim Group untuk mendirikan perusahaan pertamanya. Kala itu Sudono Salim mendirikan DICE pada 1973 bersama 3 konglomerat lainnya, Djuhar Sutanto, Ibrahim Risjad dan Sudwikatmono.

Dikutip dari Taylor & Francis (1996), bersama Salim Group, pada tahun pertamanya beroperasi (1975), pabrik semen Salim Group berhasil membuat kapasitas produksi sebanyak 500.000 ton material di pabrik wilayah Citeureup, Jawa Barat, setara dengan 24% total produksi domestik. Angka itu terus bertumbuh hingga 8,9 juta ton kapasitas produksi pada 1985 yang setara dengan total produksi domestik 51%.

Kemudian pada Januari 1985 terjadi merger antara seluruh pabrik semen milik bersama tersebut, menjadi PT Inti Cahaya Manunggal. Lalu namanya kembali diubah pada Juni 1985 dan menghasilkan satu nama yang dikenal hingga saat ini, PT Indocement. Saat itu Pemerintah Indonesia menanamkan modal yang setara dengan 35% total sahamnya PT Indocement.

Kurang lebih 4 tahun berselang, PT Indocement akhirnya menjadi perusahaan publik (Tbk) setelah melakukan Penawaran Umum Saham Perdana (IPO) di Bursa Efek di Indonesia dengan melepas 10% saham kepemilikannya dan menjualnya seharga Rp10.000/lembar saham. Sejak itu PT Indocement menggunakan kode saham INTP.

Sementara bidang usaha pertama PT Indocement adalah pengolahan semen. 6 tahun setelah mengganti namanya, mereka juga mengembangkan ranah usahanya ke sektor beton siap-pakai pada 1991 melalui PT Pionirbeton Industri. Lalu, seraya memenuhi kebutuhan produksi beton siap-pakai tersebut, PT Indocement juga menambang jenis batu andesit (batu pecah belah) yang juga dikenal sebagai agregat.

Masa Peralihan

Lalu pada 2001, Salim Group menjual sebagian besar sahamnya pada perusahaan manufaktur bahan bangunan, HeidelbergCement Group, asal jerman. HeidelbergCement adalah perusahaan terbesar yang mengintegrasi produsen-produsen semen di seluruh dunia. Mereka memiliki cabang di sekitar 60 negara.

Hal ini dilakukan Salim Group demi melakukan restrukturasi utangnya dan menyisakan kepemilikannya atas PT Indocement menjadi hanya 13%. Setelahnya HeidelbergCement Group menjadi pemegang saham mayoritas dengan mengakuisisi 61,7% saham PT Indocement, melalui entitas anaknya, Kimmeridge Enterprise. Kepemilikan Salim Group atas PT Indocement tidak bertahan lama.

Waktu berselang, pada 2008, HeidelbergCement pun mengalihkan seluruh sahamnya di Indocement kepada Birchwood Omnia (Inggris), yang 100% dimiliki oleh HeidelbergCement Group.

Lantas pada 2009, Birchwood Omnia terakhir telah menjual 14,1% sahamnya kepada publik sehingga kepemilikan saham Indocement oleh HeidelbergCement AG melalui Birchwood Omnia di Perseroan menjadi 51%.

Adapun kini dalam 5 tahun terakhir, ketiga produk utama PT Indocement (semen, beton siap-pakai, agregat) telah mengalami pertumbuhan penjualan yang progresif ke arah positif—jika mengecualikan tahun pertama Covid-19 berdampak pada 2020.

Selain dari itu, pendapatan dari segmen penjualan semen mereka telah mengalami peningkatan (2018-2022) sebesar 9,8% menjadi Rp15,4 triliun pada akhir 2022. Sedangkan dari beton siap-pakai mengalami penurunan (2018-2022) sebesar 17% menjadi Rp1,4 triliun pada akhir 2022, namun naik 35% y-o-y dari tahun sebelumnya. Sementara agregat mengalami peningkatan (2018-2022) sebesar 87% menjadi Rp210 miliar pada akhir 2022.

Demikian seputar siapa pendiri PT Indocement.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya