Masa Peralihan
Lalu pada 2001, Salim Group menjual sebagian besar sahamnya pada perusahaan manufaktur bahan bangunan, HeidelbergCement Group, asal jerman. HeidelbergCement adalah perusahaan terbesar yang mengintegrasi produsen-produsen semen di seluruh dunia. Mereka memiliki cabang di sekitar 60 negara.
Hal ini dilakukan Salim Group demi melakukan restrukturasi utangnya dan menyisakan kepemilikannya atas PT Indocement menjadi hanya 13%. Setelahnya HeidelbergCement Group menjadi pemegang saham mayoritas dengan mengakuisisi 61,7% saham PT Indocement, melalui entitas anaknya, Kimmeridge Enterprise. Kepemilikan Salim Group atas PT Indocement tidak bertahan lama.
Waktu berselang, pada 2008, HeidelbergCement pun mengalihkan seluruh sahamnya di Indocement kepada Birchwood Omnia (Inggris), yang 100% dimiliki oleh HeidelbergCement Group.
Lantas pada 2009, Birchwood Omnia terakhir telah menjual 14,1% sahamnya kepada publik sehingga kepemilikan saham Indocement oleh HeidelbergCement AG melalui Birchwood Omnia di Perseroan menjadi 51%.
Adapun kini dalam 5 tahun terakhir, ketiga produk utama PT Indocement (semen, beton siap-pakai, agregat) telah mengalami pertumbuhan penjualan yang progresif ke arah positif—jika mengecualikan tahun pertama Covid-19 berdampak pada 2020.
Selain dari itu, pendapatan dari segmen penjualan semen mereka telah mengalami peningkatan (2018-2022) sebesar 9,8% menjadi Rp15,4 triliun pada akhir 2022. Sedangkan dari beton siap-pakai mengalami penurunan (2018-2022) sebesar 17% menjadi Rp1,4 triliun pada akhir 2022, namun naik 35% y-o-y dari tahun sebelumnya. Sementara agregat mengalami peningkatan (2018-2022) sebesar 87% menjadi Rp210 miliar pada akhir 2022.
Demikian seputar siapa pendiri PT Indocement.
(Feby Novalius)