Harga Minyak Rebound, Brent dan WTI Naik 0,2%

Hafizhuddin , Jurnalis
Jum'at 25 Agustus 2023 07:25 WIB
Harga Minyak Mentah 2023. (Foto: Okezone.com/SKK Migas)
Share :

JAKARTA - Harga minyak balik menguat pada akhir perdagangan Kamis. Harga minyak sempat turun di awal sesi karena kekhawatiran permintaan dan menguatnya dolar, namun bangkit setelah laporan penurunan stok minyak di Eropa.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober terangkat 15 sen atau 0,2% menjadi USD83,36 per barel di London ICE Futures Exchange.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober menguat 16 sen atau 0,2% menjadi USD79,05 per barel di New York Mercantile Exchange.

Harga minyak pulih setelah konsultan Belanda Insights Global mengungkapkan data yang menunjukkan stok minyak yang disimpan di penyimpanan independen di pusat penyulingan dan penyimpanan Amsterdam-Rotterdam-Antwerp (ARA) turun 3,0% pada minggu terakhir.

Harga minyak diperdagangkan lebih rendah pada sebagian besar sesi, sebelum mendorong lebih tinggi pada setengah jam terakhir perdagangan.

Analis UBS Giovanni Staunovo menilai, jatuhnya stok produk olahan di Eropa dan penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan tenor 2 tahun menjadi pendorong harga minyak. Seraya menambahkan, volatilitas kemungkinan akan terus berlanjut sampai investor mendapatkan kejelasan mengenai langkah Federal Reserve AS selanjutnya.

Pejabat Federal Reserve dan gubernur bank-bank sentral global lainnya sedang menuju ke Jackson Hole. Ketua Fed Jerome Powell akan berpidato di simposium pada hari ini.

Investor pun berhati-hati menjelang pernyataannya mengangkat mata uang safe-haven dolar, yang membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga mengurangi permintaan.

Sementara itu, Jepang melaporkan menyusutnya aktivitas pabrik selama tiga bulan berturut-turut pada Agustus. Aktivitas bisnis zona Euro juga menurun lebih dari yang diperkirakan dan perekonomian Inggris tampaknya akan menyusut pada kuartal ini.

Aktivitas bisnis AS mendekati titik stagnasi pada Agustus, dengan pertumbuhan paling lemah sejak Februari. Namun data juga menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja tetap ketat meskipun The Fed menaikkan suku bunga secara agresif.

“AS masih dalam posisi yang kuat tetapi ada beberapa kelemahan dan jika suku bunga tetap tinggi lebih lama, keretakan lebih lanjut bisa muncul,” kata Analis OANDA, Craig Erlam, dikutip dari Antara, Jumat (25/8/2023).

“Mungkin keraguan ekonomi ini berkontribusi pada terhentinya perekonomian yang kita lihat dan bahkan mungkin memicu koreksi,” tambah Erlam.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya