JAKARTA - India menghentikan ekspor beras ke negara mitra, salah satunya Indonesia. Perum Bulog pun diimbau untuk tidak khawatir atas kebijakan tersebut,
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, kebijakan Pemerintah India menghentikan distribusi beras tidak berdampak signifikan bagi pasokan beras di tanah air.
Alasannya stok beras yang dimiliki Bulog masih mencukup dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat untuk beberapa bulan ke depan. Tercatat, hingga Agustus 2023, stok cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog mencapai 1,6 juta ton.
Selain itu, sejumlah negara mitra Indonesia juga akan segera memasuki masa panen. Sehingga, diyakini bisa menyuplai beras ke Indonesia jika dibutuhkan pemerintah.
"Kalau saya lihat nih ya, saya barusan keliling dari beberapa negara, Kamboja, Vietnam, dan beberapa negara, Thailand, ini dalam waktu dua bulan ini akan ada panen," ujar Arief saat ditemui di Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur, Senin (28/8/2023).
"Jadi Pak Dirut juga nggak usah terlalu khawatir karena dunia ini sekarang, kalau kita lihat, sedang mempersiapkan panennya, kalau dari atas itu, kita terbang kita bisa lihat posisi mereka dalam 1,5 bulan ini mereka akan panen, jadi akan panen di beberapa tempat," lanjutnya.
Buntut dari dihentikannya ekspor beras dari India pada 20 Maret 2023 lalu, Bulog memang menyasar tiga negara sebagai negara tujuan impor.
Direktur Utama Bulog, Budi Waseso alias Buwas, merinci negara mitra yang digodok diantaranya Vietnam, Thailand, dan Pakistan. Dia yakin ketiga otoritas negara setempat tidak mengambil kebijakan serupa dengan India.
"Vietnam, Thailand,dengan ada kemungkinan nanti dari negara Pakistan yang masih belum menutup (ekspor) ya," tutur Buwas.
Budi juga optimis bahwa pasokan beras saat ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Sehingga, keputusan India menutup keran ekspor tidak berpengaruh pada stok beras yang dikelola Bulog.
(Feby Novalius)