JAKARTA – Pusat perbelanjaan Tanah Abang di Jakarta Pusat kini sangat sepi pengunjung. Jika dahulu hampir selalu ramai pengunjung yang berlalu lalang hingga menimbulkan kemacetan di kawasan tersebut. Kini sejumlah pedagang mengeluhkan kondisi pasar yang semakin sepi.
Menteri Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki, berpendapat bahwa penurunan omzet dan gempuran produk impor yang masuk ke Indonesia menjadi musuh utama pelaku UMKM pasar Tanah Abang.
Pasalnya, produk Indonesia tak kalah bagus dan berkualitas jika dibandingkan dengan produk impor luar negeri.
“Ini ilegal atau memang kita terlalu rendah menerapkan tarif bea masuk atau kita terlalu longgar, terlalu mudah untuk misalnya tidak ada pembatasan produk-produk apa saja yang boleh masuk. Padahal pesan Pak Jokowi kepada semua menteri kepada saya juga kalau bisa kita tidak perlu impor barang-barang yang kita memang bisa produksi,” jelasnya, dikutip Kamis 21 September 2023.
Namun, adakah penyebab lain yang mempengaruhi sepinya Pasar Tanah Abang?
Berikut Okezone telah merangkum 3 fakta pasar Tanah Abang yang semakin sepi, Minggu (24/9/2023).
1.Efek Pandemi Covid-19
Adapun, efek pandemi Covid-19 yang menjadi awal mula pasar terbesar di ASEAN ini sepi pembeli dikarenakan aturan pemerintah untuk mengurangi aktivitas masyarakat untuk tidak keluar rumah.
Karena terbatasnya ruang untuk beraktivitas para pedagang mulai memutar otak bagaimana cara menjajakan barang dagangannya supaya laku walau sedang diterpa pandemi. Hal ini, menjadi penyebab menjamurnya toko online di berbagai sosial media.
2. Perubahan Pola Beli
Tak hanya itu, perubahan pola beli online juga mempengaruhi minat belanja masyarakat. Dahulu harus ke pasar jika ingin melihat kondisi produk yang dijual, kini bisa menjadi lebih instan. Pasalnya, hanya menggunakan smartphone dan membuka aplikasi belanja online kita bisa berbelanja tanpa harus repot keluar rumah.
3. Influencer yang mempromosikan barang impor
Sejumlah influencer yang membuka jasa paid promote dan endorse pada produk-produk luar negeri menjadi ancaman bagi sebagian pelaku UMKM. Banyak sekali influencer yang sudah membantu mempromosikan produk dengan harga miring seperti tas, parfum, pakaian hingga kacamata. Kendati demikian, influencer dapat dengan mudah mempengaruhi keputusan pembelian konsumen hanya dengan promosi melalui sosial medianya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)