JAKARTA - Wall Street beragam pada akhir perdagangan dengan S&P 500 menambah sedikit kenaikan setelah sesi yang fluktuatif, Kamis (28/9/2023) waktu setempat.
Ini terjadi karena investor mempertimbangkan apakah akan memulai pembelian setelah aksi jual yang dipicu oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah dan ketidakpastian arah suku bunga di masa depan.
BACA JUGA:
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 68,61 poin atau 0,2 persen, menjadi menetap di 33.550,27 poin. Indeks S&P 500 naik tipis 0,98 poin atau 0,02%, menjadi berakhir di 4.274,51 poin. Indeks Komposit Nasdaq terangkat 29,24 poin atau 0,22%, menjadi ditutup pada 13.092,85 poin.
Selama sesi tersebut, S&P 500 naik sebanyak 0,4% dan turun sebanyak 0,8% sebelum mengurangi kerugiannya.
BACA JUGA:
Di antara sektor-sektor utama S&P 500, kelompok utilitas yang sensitif terhadap suku bunga mengalami penurunan terbesar, yaitu jatuh 1,9%. Sektor energi menguat 2,5%, karena minyak mentah Brent menembus USD97 per barel, dengan lonjakan harga minyak menimbulkan ancaman baru terhadap inflasi yang sudah moderat.
S&P 500 telah jatuh sekitar 7,0% sejak akhir Juli, tetapi tetap naik lebih dari 11% pada tahun 2023.
Investor juga peka terhadap perkembangan di Washington ketika perpecahan di antara anggota parlemen AS menempatkan pemerintah federal pada risiko penutupan sebagian pada akhir pekan.
BACA JUGA:
Kemungkinan penutupan pemerintahan telah menambah kekhawatiran bagi investor saham ketika mereka bergulat dengan imbal hasil obligasi pemerintah yang telah naik ke level tertinggi dalam 16 tahun setelah Federal Reserve pekan lalu mengisyaratkan jalur suku bunga jangka panjang yang hawkish.
Pada saat yang sama, ketika S&P 500 telah mengurangi kenaikannya secara signifikan sepanjang tahun ini, beberapa investor bertanya-tanya apakah pasar sedang mendekati titik terendah.
Di Washington, Ketua DPR AS dari Partai Republik Kevin McCarthy menolak rancangan undang-undang pendanaan sementara yang diajukan di Senat, sehingga membawa pemerintah mendekati penutupan sebagian (partial shutdown) yang keempat dalam satu dekade.
Sekitar 10,9 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, dibandingkan dengan rata-rata harian 10,2 miliar selama 20 sesi terakhir.
(Zuhirna Wulan Dilla)