JAKARTA - Kemajuan teknologi bukan masalah besar bagi anak muda. Akan tetapi bagi sebagian orang yang akan memasuki fase pensiun teknologi menjadi tantangan sendiri.
Seperti Beti Apriyani, seorang pedagang makanan dengan nama warung 'Mama Dinda' di Jakarta Pusat. Dia membuka usaha ayam garlic adalah untuk persiapan pensiunan sang suami.
"Kami harus berusaha untuk terus mendapatkan income. Meski kecil tapi kan ada yang dikerjakan," ujarnya kepada Okezone, Senin (16/10/2023).
Namun seiring berjalannya waktu, pembeli selalu menanyakan kepada dirinya 'Bisa pakai QRIS enggak, Bu?' atau 'Bisa transfer tidak Bu?'.
Dia awalnya sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud pelanggan. Tetapi lama kelamaan dia menyadari harus segera beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Ibu yang sudah menggeluti usaha kuliner khas oriental sejak 2013 ini akhirnya memutuskan untuk mencari tahu. Pasalnya jika tidak memfasilitasi kebutuhan pelanggan dikhawatirkan akan ditinggalkan pembeli.
"Sekarang itu trennya orang tidak pegang uang tunai. Kalau kita tidak pasang QRIS nanti tidak jadi beli," katanya.
Beti awalnya sempat ragu. Ada banyak hal yang menjadi tanda tanya, seperti faktor keamanan uang yang ditransaksikan dan kemampuan dia dalam menggunakan teknologi QRIS.
Akhirnya dia memberanikan diri untuk datang ke Bank BRI dekat rumahnya, yakni Bank BRI cabang Rawasari, Jakarta Pusat. Kebetulan Beti sudah menjadi nasabah Bank BRI sejak dulu, saking lamanya dia lupa kapan pertama kali membuka rekening BRI. Yang jelas sudah puluhan tahun yang lalu.
Berdasarkan pengalamannya, proses pengajuan barcode QRIS BRI mudah dan cepat. Walhasil barcode QRIS BRI pun terpajang di gerai warung miliknya.
"Tidak sampai satu minggu sudah jadi," dia mengimbuhkan.
Pengalaman pertama kali menggunakan QRIS BRI, Beti pun terkejut sebab setiap ada pelanggan yang scan barcode uang langsung masuk ke rekening.
"Kalau pun ada gangguan sinyal pasti masuk. Tidak pernah tidak masuk. Jadi saya awalnya gaptek khawatir tidak bisa menggunakan, tapi ternyata penggunaannya sangat mudah. Buat yang tua tidak menyulitkan," dia mengisahkan.
Sekarang, Beti sudah bisa menjawab kebutuhan zaman di tengah canggihnya kemajuan teknologi. Keputusan Beti dalam menggunakan QRIS BRI menjadi inovasi teknologi di warung kecil miliknya. Kini Beti bisa melayani 50% hingga 70% pelanggan dengan QRIS BRI. "Meski sudah pensiun, kita tetap bisa pakai teknologi," ucap Beti.
Selain menjawab kebutuhan pelanggan, menurut Beti banyak manfaat menggunakan layanan QRIS BRI. "Enaknya itu tidak ada pemotongan transaksi. Jadi kalau transaksinya Rp18 ribu, ya yang masuk ke rekening itu Rp18 ribu," tegas dia.
Manfaat lainnya, transaksi selalu lancar tidak ada yang tertunda meski sinyal naik turun. "Pasti itu, pasti masuk. Tidak pernah tidak. Pembukuan transaksi kita juga jadi terdokumentasikan," jelas Beti.
Layanan QRIS BRI juga bisa mempersingkat waktu jualan. Sebab, Beti tidak lagi pusing mencari recehan untuk ditukarkan sebagai kembalian pelanggan. "Jadi diuntungkan juga secara waktu. Kalau lagi repot banyak pelanggan bayar pake QRIS praktis, karena angkanya pas," tutup Beti.
(Taufik Fajar)