JAKARTA - Masyarakat meminta adanya penurunan tarif LRT Jabodebek menjadi Rp5.000 untuk semua relasi.
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengungkapkan bahwa pihaknya masih belum mau menurunkan tarif tersebut.
BACA JUGA:
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal mengatakan persoalan yang terjadi saat ini terkait roda kereta LRT Jabodebek mengalami keausan merupakan hasil evaluasi tersebut.
Di mana hasil evaluasi tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk terus meningkatkan pelayanan serta aspek keselamatan dari moda transportasi LRT Jabodebek.
BACA JUGA:
"Jangan buru-buru, ini dalam rangka keselamatan. Jangan sampai ada masalah baru ada musibah, enggak. kita mencegah dan perbaiki dari temuan yang ada," katanya saat ditemui di Jakarta International Velodrome, Jakarta, Senin (30/10/2023).
Adapun ketika ditanya terkait dengan keringanan yang diberikan kepada masyarakat dalam hal penurunan tarif, Risal mengatakan bahwa pihaknya bersama LRT Jabodebek akan mengupayakan pelayanan yang lebih baik ke depannya.
"Nggaklah, pokoknya kita perbaiki layanan kita," katanya.
Adapun tarif LRT Jabodebek saat ini, masyarakat dikenakan biaya sebesar Rp3.000 untuk tarif minimal dan tarif maksimal Rp20.000. Tarif ini berlaku pada hari kerja yakni Senin-Jumat.
Sementara tarif untuk hari Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional adalah tarif yang dikenakan sebesar Rp3.000 untuk tarif minimal dan maksimal Rp10.000.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana menyarankan agar tarif LRT kembali seperti saat periode promo yaitu Rp5 ribu.
Hal tersebut sebagai bentuk kompensasi terhadap penurunan layanan ke masyarakat akibat waktu tunggu yang saat ini lebih lama.
Aditya menilai jika KAI tidak memberikan masyarakat kompensasi seperti penurunan tarif, maka dikhawatirkan animo masyarakat untuk menggunakan transportasi umum bakal menurunkan dan akhirnya kembali menggunakan kendaraan pribadi.
"Dalam kondisi pelayanan sarana menurun, saya menyarankan untuk mengenakan tarif yang termurah dulu untuk pelanggan sebagai kompensasi waktu tunggu yang relatif lama dan frekuensi perjalanan yang berkurang," kata Aditya saat dihubungi MNC Portal.
Lebih lanjut, Aditya menjelaskan saat ini kondisi LRT sendiri hanya mengoperasikan setidaknya 9 trainset saja dan hanya mengoperasikan 131 perjalanan.
Jumlah trainset tersebut berkurang karena beberapa trainset masih dalam proses perbaikan roda kereta.
"Ini memang semestinya tidak terjadi, di saat frekuensi perjalanan harusnya ditingkatkan supaya jeda antar perjalanan (headway) nya rapat dan jam operasi perjalanan mestinya ditambah tetapi malahan armada yang dioperasikan berkurang signifikan," sambungnya.
Jumlah trainset yang berkurang itu akhirnya membuat headway atau jarak kedatangan kereta menjadi lebih lama. Kondisi yang demikian dikhawatirkan oleh Aditya bakal menurunkan minat masyarakat untuk menggunakan moda transportasi publik.
Padahal hingga saat ini LRT Jabodebek sudah mengangkut lebih dari 2,4 juta pelanggan sejak diresmikan di 28 Agustus 2023.
(Zuhirna Wulan Dilla)