JAKARTA - PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) membukukan laba USD250,50 juta atau setara Rp3,98 triliun hingga kuartal III-2023. Angka ini menurun 11,87% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD284,26 juta.
Adapun penurunan profitabilitas perseroan disebabkan menurunnya harga batu bara metalurgi pada periode ini, sementara biaya tercatat lebih tinggi karena kenaikan volume.
Di sisi lain, pendapatan ADMR tercatat naik 8,12% menjadi USD720,62 juta atau Rp11,45 triliun, dari sebelumnya sebesar USD666,48 juta. Secara rinci, pendapatan dari segmen pertambangan batu bara tercatat sebesar USD719,07 juta dan pendapatan segmen jasa lainnya sebesar USD2,99 juta.
Peningkatan pendapatan perseroan dikarenakan adanya kenaikan 38% pada volume penjualan yang diofset dengan penurunan 21% pada harga jual rata-rata atau average selling price (ASP). Produk batu bara metalurgi ADMR yang berkualitas tinggi dijual ke berbagai produsen baja di Jepang, Cina, India, Indonesia, dan Korea Selatan.
“Di tengah tantangan lingkungan eksternal, kinerja ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mencatat pertumbuhan produksi, yang menunjang profitabilitas,” kata Presiden Direktur ADMR, Christian Ariano Rachmat dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (31/10/2023).
Ariano mengungkapkan, permintaan terhadap produk batu bara kokas keras premium tetap tinggi. Hal itu membuat perseroan tetap yakin akan dukungan struktural terhadap bisnis perusahaan.
Dari sisi produksi, ADMR mencatatkan volume produksi yang naik 55% menjadi 3,98 juta ton, berkat ketersediaan alat berat dan kinerja kontraktor yang baik. Selain itu, ADMR mencatat volume pengupasan lapisan penutup sebesar 13,81 juta bcm, atau naik 128% dari periode yang sama tahun sebelumnya, sehingga nisbah kupas pada kuartal III 2023 tercatat 3,47x.
Kemudian, perseroan mencatatkan beban pokok pendapatan sebesar USD341,01 juta atau Rp5,41 triliun terutama karena kenaikan volume produksi. Royalti kepada pemerintah pun naik 2% menjadi USD121,2 juta atau Rp1,92 triliun, biaya penambangan naik 95% menjadi USD83,4 juta atau Rp1,32 triliun.