JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2023 diprediksi melambat lagi. Perlambatan pertumbuhan ini sudah tercermin pada kuartal III-2023 yang hanya tumbuh 4,94%.
Ekonomi Indonesia kuartal III-2023 ini tumbuh melambat dibandingkan 5,17% pada kuartal II-2023.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai bahwa penurunan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 akan berindikasi pada pelemahan konsumsi domestik yang dapat menganggu pertumbuhan ekonomi.
"Sementara kelompok atas menahan belanja karena tahun pemilu, dan mempertimbangkan risiko geopolitik. Simpanan di atas Rp5 miliar naik dan makin gemuk itu pertanda banyak saving daripada belanja," katanya saat dihubungi, Selasa (7/11/2023).
Oleh karenanya, Bhima meminta pemerintah untuk mewaspadai hal ini karena dimungkinkan akan terus berlanjut pada kuartal IV-2023. Terutama kondisi pada masyarakat menengah bawah yang sedang menghadapi berbagai harga pangan yang terus mengalami kenaikan dan semakin ketatnya persaingan kerja dan kenaikan suku bunga.
Dengan kondisi tersebut, Bhima mengatakan tren pelambatan ekonomi masih mungkin terjadi di kuartal ke IV yakni hanya tumbuh 4,8-4,97% meski ada libur panjang Natal dan tahun baru.
Dia juga menyebutkan bahwa kinerja ekspor yang alami kontraksi diperkirakan berlanjut juga. Hal ini lantaran perkembangan negara mitra dagang tradisional seperti China, Jepang, AS dan Uni Eropa belum rebound sepenuhnya.
"Impor yang turun bukan berita baik, karena impor bahan baku masih diperlukan oleh industri manufaktur domestik. Kalau impornya terus turun maka jadi lampu kuning, industri manufaktur diluar dari hilirisasi nikel akan tertekan jangka menengah," katanya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan terdapat faktor utama penurunan ini, yaitu perlambatan ekonomi global.
Meskipun demikian, beberapa mitra dagang utama Indonesia tetap mencatat pertumbuhan positif, walaupun dalam skala yang lebih lambat.
Secara rinci, PDB Indonesia berdasarkan harga berlaku mencapai Rp5.296 triliun, sedangkan pada harga konstan mencapai Rp3.124,9 triliun. Sektor-sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, seperti industri pengolahan (5,20%), pertanian (1,46%), perdagangan (5,08%), pertambangan (6,95%), dan konstruksi, tetap tumbuh.
Amalia juga mencatat tiga sektor usaha dengan pertumbuhan tertinggi, yaitu transportasi dan pergudangan (14,74%), jasa lainnya (11,14%), serta akomodasi dan makanan minuman (10,80%).
Pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan aktivitas produksi, mobilitas masyarakat, kunjungan wisatawan mancanegara, serta penyelenggaraan berbagai acara nasional dan internasional, serta dimulainya kegiatan politik menjelang pemilu.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kekhawatirannya akan skenario pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa mencapai target 5% jika tak ada paket kebijakan sebagai pendukung kuat.
Saat ini, pemerintah sudah menggelontorkan sejumlah paket kebijakan seperti bantuan pangan yang diperpanjang hingga akhir tahun 2023 dan berlanjut ke 2024, insentif berupa PPN ditanggung pemerintah (DTP) hingga tahun 2024, serta insentif renovasi rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
"Outlook proyeksi kita, dengan banyaknya ketidakpastian seperti perubahan iklim, perang yang ada di Rusia-Ukraina, di Timur Tengah, serta dampak El Nino, itu pertumbuhan ekonomi kita bisa melemah ke 4,81%," ungkap Sri dalam Konferensi Pers di Jakarta, Senin 6 November 2023.
Dia menyebutkan, dengan adanya sejumlah paket kebijakan yang berjalan di kuartal III-2023, akan bisa menambah 0,2% additional growth (pertumbuhan tambahan).
"Sehingga, di kuartal IV-2023, kita berharap pertumbuhan ekonomi bisa tetap dijaga di 5,01%," katanya.
Jika hal tersebut bisa terjaga, maka secara full year, pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan bisa terjaga di 5,04%. Karena kalau tidak, dengan situasi kuartal III saat ini di 4,94% dan kuartal IV tidak diberikan dukungan, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa merosot ke 4,99%.
"Untuk tahun 2024, dengan adanya policy ini, baik berupa PPN ditanggung pemerintah (DTP) yang diberikan sampai dengan akhir tahun meski ada tapering penurunan ke 50%, kita berharap bisa menambah dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,16%," katanya.
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi full year tahun 2024 diharapkan bisa tetap berada di atas posisi 5%, yaitu di posisi 5,24%.
(Dani Jumadil Akhir)