JAKARTA - Kementerian ESDM menegaskan cadangan nikel masih melimpah di Indonesia. Hal ini sekaligus menepis rumor bahwa cadangan nikel dalam posisi sekarat.
Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Ing Tri Winarno mengatakan, sampai saat ini cadangan nikel Indonesia masih berada di angka 5 miliar ton.
"Nikel kita punya cadangan 5 miliar ton, nikel kadar tinggi (saprolit) 3,5 miliar ton, nikel kadar rendah (limonit) 1,5 miliar ton. Jadi secara itu masih aman lah (cadangan nikel)," jelasnya ketika ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (6/11/2023).
Untuk menambah cadangan nikel tersebut, ESDM melakukan mekanisme lelang wilayah untuk memungkinkan menambah cadangan nikel. Selain itu, pihaknya juga memberikan penawaran kepada lembaga riset untuk melakukan penelitian eksplorasi terkait cadangan nikel.
"Nah terus abis itu untuk nambah cadangan kita ada mekanisme penugasan, ada lelang wilayah. Ada nanti memberikan penawaran kepada lembaga riset untuk melakukan penelitian eksplorasi. Saya rasa komprehensif lah," tuturnya.
Sementara itu, mengenai penemuan baru cadangan nikel, Tri memperkirakan kemungkinan wilayah tersebut berada di sekitar Pulau Sulawesi. Namun diakuinya hingga saat ini belum ada rencana penemuan cadangan nikel yang baru.
"Kalau nikel kan Sulawesi, dan sekitarnya lah,” tukasnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif juga telah mengungkapkan bahwa cadangan nikel Indonesia saat ini sebesar 5,3 miliar ton dan potensinya mencapai 17 miliar ton.
Dikatakannya, dengan kapasitas produksi yang sekarang maka umur cadangan nikel Indonesia 15 tahun.
"Jadi kalau pemakaian produksi setahun, kan dibagi dua satu limonit satu saprolit. Rata-rata saja. Jadi kalau 5 miliar ton ini kalo dengan kapasitas yang sama 15 tahun, tapi kalo bisa kembangkan potensi ini bisa panjang," kata Arifin ketika ditemui di Gedung Kementeria ESDM, Jakarta, Jumat (15/9/2023).
Oleh sebab itu dirinya mengimbau masyarakat Indonesi untuk tidak boros dalam pemanfaatan nikel.
Walaupun jika nantinya sudah ada solusi untuk menanggulangi permasalahan tersebut.
“Nah ke depan kan industri baja ini bisa ada industri recycle, bisa topup jadi makin panjang lah. Cuma kita jangan boros,” tutupnya.
(Feby Novalius)