Otoritas keuangan di Kolombo telah secara dramatis menaikkan pajak dan memotong subsidi konsumen secara dalam jumlah besar untuk memperbaiki keuangan negara itu yang hancur, sejalan dengan rencana penyelematan dari IMF.
Adapun kreditur terakhir yang berbasis di Washington ini telah mencatat penurunan infasi cepat Sri Lanka dari 70% pada September tahun lalu menjadi hanya 1,3% pada September tahun ini.
Tetapi IMF juga memperingatkan bahwa pemulihan ekonomi penuh Sri Lanka belum terjamin. Di puncak krisis ekonomi tahun lalu, kerusuhan sipil selama berbulan-bulan telah memaksa penggulingan mantan presiden Gotabaya Rajapaksa ketika para demonstran menyerbu kediamannya.
(Feby Novalius)