JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau kepada Lembaga Jasa Keuangan (LJK) untuk terus memantau potensi risiko di tengah masih tingginya tensi geopolitik global.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar menyampaikan bahwa tensi geopolitik global melanjutkan peningkatan, seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah dan kemenangan sayap kanan di beberapa negara.
BACA JUGA:
Namun demikian, dampaknya terhadap harga minyak dan energi masih terbatas mengingat masih berlanjutnya tren pelemahan permintaan.
Selain itu, lanjut Mahendra, tekanan kenaikan harga komoditas pangan diharapkan mereda seiring pelemahan El Nino yang terjadi saat ini.
BACA JUGA:
Hal tersebut mendorong penguatan pasar keuangan global dan juga penurunan volatilitas baik di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar.
“Investor non-residen juga mulai masuk ke pasar keuangan emerging markets, termasuk Indonesia setelah dalam tiga bulan sebelumnya melakukan sell-off yang cukup signifikan,” kata Mahendra dalam konferensi pers secara daring pada Senin (4/12/2023).
BACA JUGA:
Mahendra bilang, indikator ekonomi terkini menunjukan ketidakpastian pergerakan ekonomi secara global di tengah membaiknya tingkat inflasi menuju level pra pandemi khususnya pada negara advanced economies.
Meski demikian, sentimen di pasar keuangan cenderung positif didukung peningkatan ekspektasi berakhirnya siklus kenaikan suku bunga global, setelah rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat serta berlanjutnya penurunan tingkat inflasi.
“Optimisme juga turut dipengaruhi peluncuran insentif fiskal, moneter, dan sektor keuangan di Tiongkok untuk menahan penurunan kinerja perekonomian, termasuk mengatasi permasalahan di sektor properti,” ujar Mahendra.
Untuk itu, dalam rangka menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah masih tingginya tensi geopolitik global, ekspektasi tingkat suku bunga higher for longer, dan volatilitas harga komoditas pangan yang dapat memengaruhi perekonomian dan sektor keuangan, OJK mendorong Lembaga LJK untuk terus memonitor potensi risiko, termasuk melakukan stress test ketahanan terhadap gejolak pasar, serta melakukan strategi mitigasi risiko dalam rangka menjaga ketahanan permodalan dan likuiditas.
“Sehingga sektor jasa keuangan dapat terjaga stabil dan dapat berkontribusi optimal bagi perekonomian nasional,” tuturnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)