"Rp22 ribu bawang merah naik Rp2 ribu Bu. Rp32 ribu bawang putih, Rp 20 ribu cabai," keluh pedagang kepada Atikoh.
"Pada naik semua ya?" tanya Atikoh. "Naik semua, tapi tidak terlalu tinggi Bu," timpal pedagang itu.
Atikoh bersama Sadarestuwati pun membeli beberapa kebutuhan pokok di lapak tersebut. Melanjutkan blusukannya, Atikoh bersama rombongan kembali menyusuri lapak-lapak pedagang di pasar tersebut.
Meski Pasar Bareng dalam kondisi becek karena Jombang habis diguyur hujan, Atikoh tetap menyusuri lorong-lorong lapak pedagang. Dia tak terlihat khawatir meski alas kakinya harus kotor oleh lumpur dan tanah di Pasar.
Sesekali, dia juga menyapa para masyarakat yang kebetulan berbelanja di pasar tersebut. Warga Jombang pun turut menyambut Atikoh dengan hangat. Mereka juga memanfaatkan momen pertemuan itu dengan mengajak berswafoto bersama.
"Ibu Atikoh. Saya sudah tau sering liat di Tv. Foto dulu Bu," ucap salah seorang ibu pedagang sayur.
Mantan wartawati ini pun melayani foto para pedagang. Lalu, Atikoh terus berinteraksi dengan beberapa pedagang yang menjual kebutuhan pokok. Dia pun mendengarkan harapan dan keluhan para pedagang soal harga-harga yang tidak stabil.
Alumni Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) juga sempat mengecek harga daging sapi di Pasar itu. Dia menanyakan soal harga daging apakah mengalami kenaikan atau stabil saat ini.
"Ini harga dagingnya berapa per kg nya Bu?" tanya Atikoh.
"Rp 130 ribu Bu. Lagi naik," jawab ibu penjual daging. "Harapannya semoga harganya bisa stabil Bu," sambung pedagang itu.
Mendengar itu, Atikoh pun terlihat menganggukan kepalanya sambil melempar pertanyaan.
"Memang kenapa Bu harga-harga harus stabil?" tanya Atikoh
"Kalau harga stabil, nanti para pembeli datang ke lapak kita Bu," jawabnya.
"Pinter Ibu ini," timpal Atikoh yang disambut tawa oleh rombongan.
Di sela-sela blusukan di Pasar Bareng, Atikoh mengungkapkan bahwa ada beberapa aspirasi yang disampaikan oleh pedagang. Salah, satunya soal infrastruktur.
"Ini kan baru hujan, ini sudah ada rencana untuk renovasi. Sehingga biar baik pedagang maupun pembeli juga nyaman," kata Atikoh kepada wartawan di lokasi.
Dia juga menjelaskan soal alasanya memilih blusukan di Pasar ketika bersafari politik di Jawa Timur.
Menurut Atikoh, dirinya ingin mendengarkan langsung keluhan masyarakat terkhusus para pedagang yang ada di Pasar soal harga kebutuhan pokok.
"Karena banyak keluhan terkait dengan harga, kebutuhan termasuk juga keluhan dari para konsumen maupun pedagang. Makanya saya ingin membandingkan di tiap-tiap daerah apakah permasalahannya sama," ungkap Atikoh.
"Kemudian yang lainnya, dari sini kita bertemu banyak orang. Mereka juga banyak menyampaikan aspirasi tidak hanya berkaitan dengan kondisi yang ada di pasar," jelas Atikoh.
(Taufik Fajar)