Kejar Green Deflation, Pasokan Biomassa untuk PLTU dari Ekonomi Hijau

Pika Piqhaniah, Jurnalis
Senin 05 Februari 2024 08:55 WIB
PLTU Batubara (Foto: PLN)
Share :

Direktur Biomassa PLN EPI Antonius Aris Sudjatmiko menuturkan lebih dari 5.000 petani telah merasakan manfaat dari tanaman multifungsi. Tanaman tersebut digunakan untuk pakan ternak dan kemudian bahan baku biomassa pada lahan marginal seluas 30 hectare (Ha) tersebar di Kalurahan Gombang dan Karangasem, Kapanewon Ponjong, Gunung Kidul DIY.

"Pada musim kemarau bulan September 2023 yang lalu, penduduk telah melakukan pruning daun tanaman sebagai pakan ternak. Pembibitan dan penanaman tanaman multifungsi tersebut juga menggunakan pupuk organik FABA yang jauh lebih murah dibanding pupuk anorganik seperti NPK dan Urea,” kata Antonius.

Pada tahun 2023, PLN EPI telah menyediakan 1 juta ton biomassa untuk 43 PLTU, yang berasal dari residu/sampah pertanian, perkebunan dan perhutanan seperti serbuk gergaji, sekam padi, bonggol jagung, bagasse tebu, pellet tandan kosong sawit, cangkang sawit, cangkang kemiri serta woodchip dari ranting-ranting dan tanaman replanting karet, bahkan BBJP hasil olahan sampah kota.

Lebih lanjut Antonius menyampaikan bahwa ke depan, penduduk dapat menjual ranting-ranting tanaman yang akan diolah menjadi energi terbarukan biomassa sebagai substitusi batubara PLTU. Dimana dengan index harga biomassa sebesar 1,2 dari harga Batubara hanya akan menaikkan BPP sebesar 0,5 sen, jauh lebih murah dibanding energi terbarukan lainnya seperti PLTS, PLTB dan lainnya.

"Selain memberikan benefit maksimal bagi masyarakat, program Green Economy ini menjadikan biomassa sebagai Energi Terbarukan baseload yang paling murah dan paling cepat diimplementasikan karena memanfaatkan PLTU eksisting milik PLN,” kata Antonius.

Diketahui, Keraton Yogya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sedemikian hingga berdampak pada peningkatan kemampuan beli atau Green Deflation.

Dengan kata lain, pada suatu nilai uang yang sama, masyarakat tani mampu membeli barang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhannya, atau kerap dikenal sebagai Green Deflation yang merupakan kebalikan dari Green Inflation.

Kepala Bebadan Pangreksa Loka Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, RM. Gustilantika Marrel Suryokusumo menyampaikan, Keraton Yogya telah mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goal sejak tahun 1755 dengan falsafah Memayu Hayuning Bawono.

"Falsafah Memayu Hayuning Bawono terus diimplementasikan antara lain dalam bentuk Ekonomi Hijau Berbasis Keterlibatan Masyarakat, seperti yang telah dikerjakan Keraton Jogya bersama dengan PLN EPI,” kata Marrel.

Lebih lanjut, Marrel menyampaikan bahwa bentuk ekonomi hijau berbasis keterlibatan masyarakat ini merupakan bentuk ketahanan pangan, air dan energi sekaligus meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat di pedesaan dan diharapkan dapat menjadi model di wilayah lainnya.

"Implementasi program ini tentu akan memampukan para petani untuk berdaulat pangan, energi dan sekaligus memajukan taraf hidup masyarakat pedesaan," ujarnya.

(Taufik Fajar)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya