JAKARTA - Bank Indonesia (BI) dinilai perlu mempertahankan BI Rate pada level 6,00% pada Maret 2024.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky mengatakan, kondisi inflasi dan nilai tukar saat ini dinilai membenarkan bahwa tidak ada keperluan mendesak untuk BI mengubah suku bunga acuannya.
"Oleh karena itu, kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00% pada Rapat Dewan Gubernur Maret ini," ungkap Riefky dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (20/3/2024).
Secara keseluruhan, kondisi suku bunga acuan di berbagai negara berkembang cukup tergantung dari pergerakan yang akan diambil oleh the Fed.
Untuk menghindari risiko terjadinya arus modal keluar secara masif, bank sentral di negara berkembang kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga acuannya sebelum the Fed mengambil langkah tersebut. Indonesia juga tidak terkecuali.
Di sisi lain, tercatat adanya arus modal masuk di pasar saham sebesar USD0,50 miliar pada periode yang sama.
Seiring dengan terjaganya sentimen positif oleh investor terhadap prospek pertumbuhan Indonesia dan menurunnya ketidakpastian pasca hasil quick-count Pemilu Presiden, arus modal masuk ke pasar saham membatasi keseluruhan nilai arus modal keluar.
Secara kumulatif, Indonesia ‘hanya’ mengalami arus modal keluar sebesar USD0,89 miliar selama pertengahan Februari hingga pertengahan Maret 2024.
Terlepas dari tingginya tekanan terhadap Rupiah, beberapa minggu terakhir pergerakan Rupiah cenderung stabil.
"Sehingga, kami berpandangan bahwa BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00%," ujar Riefky.
(Taufik Fajar)