“Apalagi kemarin harga nikel juga naik. Jadi tentu dalam tanda petik, ada gain (pertambahan), tetapi tentu kita lihat sustainable (berkelanjutan) atau tidak,” ucap Airlangga.
Ia mengatakan bahwa pemerintah terus mencermati tingkat suku bunga, harga minyak, dan biaya logistik global serta penyerapan Surat Berharga Negara (SBN) untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut dari konflik Iran-Israel tersebut.
“Yang sekarang kami jaga yang paling penting adalah biaya logistik. Nah kalau biaya logistik, kemarin sebelum ada konflik Iran-Israel saja sudah naik akibat (serangan) Houthi dan juga yang lain,” katanya.
Airlangga juga menyatakan bahwa pemerintah juga berupaya menjaga biaya transportasi karena berpotensi terdampak kenaikan biaya bahan bakar minyak (BBM) akibat tensi geopolitik dunia yang semakin memanas.
Pihaknya berharap pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan suku bunga domestik dapat tetap terjaga di tengah ketidakpastian global saat ini.
“Menjaganya tentu dengan melihat (kemampuan) anggaran pemerintah, bisa seperti dalam krisis-krisis yang lalu anggaran digunakan sebagai bantalan (peredam guncangan ekonomi),” ujarnya.
Konflik terbaru antara Iran dan Israel dipicu oleh serangan terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April lalu.
Iran kemudian melancarkan serangan balasan dengan menembakkan ratusan rudal balistik dan pesawat tanpa awak (drone) ke Israel pada Sabtu malam (13/4/2024) waktu setempat.
(Taufik Fajar)