JAKARTA - Keberadaan Banke atau Bank Keliling yang menawarikan pinjaman instan masih ada di kalangan masyarakat. Padahal, Banke menawarkan bunga yang sangat tinggi.
Banke merupakan rentenir yang menyasar masyarkat yang tidak terjangkau oleh peran bank. Salah satu yang memiliki pengalaman tidak mengenakan adalah Puji Setiyana (40).
Pada tahun 2010, dia membutuhkan uang tambahan untuk membuka usaha Counter Jual Beli Handphone di seberang Pasar Johar Baru, Jalan Percetakan Negara 2, Johar Baru, Jakarta Pusat.
Dia membutuhkan pendanaan untuk membeli handphone buatan China, pulsa dan aksesoris Handphone seperti charger dan handsfree.
Puji yang belum memiliki pengalaman pinjaman di bank, memilih meminjam uang di Banke. Namun apa yang dia tidak bisa seperti yang diharapkan.
Wanita 40 tahun tersebut sangat cemas karena tenor atau waktu penyelesaian cicilan yang harus dipenuhi sebelum jatuh temponya sangat pendek.
Jadi Puji menjelaskan andaikata pinjam Rp5 juta akan dikenakan bunganya Rp1 juta. Jadi total yang harus membayar Rp6 juta dalam waktu satu bulan.
Sistem pembayaran di Banke adalah per bulan, tidak dicicil menjadi beberapa bulan. Sehingga lebih berat untuk bisa menutup utang. Jika tidak bisa melunasi, Banke akan mengenakan denda dalam jumlah yang besar.
"Itu rasanya cemas luar biasa. Saya berpikir 'Haduh bisa bayar enggak ya, bisa bayar enggak ya. Seperti itu terus. Tidak tenanglah'," ujar Puji mengungkapkan pengalamannya, kepada Okezone.com.
Dengan tekanan mental khawatir tidak bisa membayar utang, akhirnya Puji bisa menyelesaikan pinjaman ke Banke. Dia kapuk, tapi tetap membutuhkan akses pendanaan untuk kegiatan bisnisnya.
Hal itu terjadi karena dia belum memliki akses perbankan. Mau pinjam ke bank, tapi tidak punya rekening. Bahkan hampir tidak pernah ketagihan dengan bank.
Setelah kejadian itu, Puji memperkenalkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui BRI Johar Baru. Puji senang, ternyata pebisnis kecil seperti dia, juga mendapat perhatian dari pemerintah. Berrupa kredit berbunga ringan (0,3%), dengan syarat yang tidak merepotkan.
Puji menjelaskan, dia datangi petugas Bank BRI Johar Baru, yang menawarkan KUR. Setelah mendapat penjelasan Puji mengambil fasilitas KUR Bank BRI. Dia mendapatkan situasi yang sangat berbeda dan lebih tenang.
Hal yang membuat nyaman sebagai nasabah KUR Bank BRI adalah bunganya yang sangat ringan, sesuai dengan pelaku usaha mikro. Juga tenor yang diciptakan Bank BRI mampu menyesuaikan kebutuhan pelaku usaha kecil, yakni bisa dicicil per bulan. Tidak seperti Banke yang harus dilunasi dalam satu bulan.
"Jadi lebih tenang, ada jarak untuk membayar cicilan. Bayarnya jadi agak santai, enggak yang kayak di Banke besok harus bayar tanpa toleransi. Kalau enggak bayar bisa kena denda besar," ucap Puji.
Hingga saat ini tuturan Puji, keberadaan Banke masih ada. Mereka menyasar kepada masyarakat yang membutuhkan uang secara cepat, tanpa perhitungan kemampuan membayarnya.
"Sekarang di tahun 2024, mereka suka lewat kok. Nanti kasih brosur dan ada nomor kontaknya," tutup Puji.
Sekadar diketahui, alokasi KUR Bank BRI untuk tahun 2024 yakni bernilai Rp165 triliun. Sepanjang Januari-Februari 2024, Bank BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp27,2 triliun.
Target KUR tercatat lebih rendah dibandingkan target tahun 2023 sebesar Rp194,4 triliun.
Banke dan Bank Thitil
Keberadaan Banke atau sejenisnya, yakni Bank Thitil sudah terjadi sejak lama. Bahkan keberadaannya sempat disinggung oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat membuka BRI Microfinance Outlook 2024, di Menara BRILiaN, Jakarta, Kamis (7/3/2024).
Dalam berbagai hal, Presiden Jokowi menekankan pentingnya UMKM dalam menggerakkan perekonomian Indonesia.
UMKM yang berjumlah kurang lebih 65 juta berkontribusi sebesar 61 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional dan menyerap tenaga kerja sebesar 97 persen.
“Kontribusi terhadap PDB ekonomi kita 61 persen, sangat besar sekali dan penyerapan tenaga kerja di sektor UMKM 97 persen, sebuah angka yang juga sangat besar sekali. Oleh karena itu, kalau kita memberikan perhatian khusus kepada UMKM itu tidak salah,” ujar Presiden.
Pada kesempatan itu, Kepala Negara juga sempat mengapresiasi langkah BRI dalam mengembangkan layanan perbankan digital hingga tingkat terbawah, dengan mengelola sekitar 740 ribu agen BRILink dengan transaksi tahunan mencapai Rp1.400 triliun.
Hal ini dinilai dapat memudahkan akses keuangan bagi pelaku UMKM sekaligus mengurangi dominasi rentenir dan memperkuat sektor keuangan mikro.
“Ngurusi urusan yang kecil-kecil yang sebelumnya diurusi oleh rentenir-rentenir, dari diurusi oleh Bank Thitil di mana-mana, sekarang diambil alih oleh BRI, ini juga yang harus kita apresiasi,” ujarnya.
(Rani Hardjanti)