JAKARTA - Meski sudah menutup pabrik produksi sepatunya di Purwakarta, PT Sepatu Bata Tbk menyebutkan tetap beroperasi guna melayani konsumen produksi alas kaki di Indonesia.
PT Sepatu Bata yang telah berdiri selama 93 tahun di Indonesia, memastikan hendak menelurkan bisnis baru yang menekankan kerja sama dengan produsen lokal.
Demikian disampaikan oleh Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Sepatu Bata Tbk, Hatta Tutuko, mengenai kondisi terkini perusahaannya. Hatta mengatakan, keputusan penutupan pabrik di Purwakarta karena menimbang pengoptimalan operasional Perusahaan guna memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berkembang melalui pemasok lokal dan mitra lainnya.
"Banyak tantangan selama empat tahun terakhir, termasuk perubahan perilaku konsumen yang cepat. Bata merasa perlu untuk bertransformasi untuk melayani konsumen dengan lebih baik," ujar Hatta dalam keterangan persnya, Kamis (9/5/2024).
Hatta mengungkapkan transformasi ini yang menjadi cikal bakal Bata dalam berupaya menelurkan bisnis baru. Dalam upayanya tersebut, ia mengatakan Bata akan lebih banyak melibatkan produsen lokal dan mitra-mitranya dalam mewarnai kompetisi industri alas kaki di Indonesia.
"Perusahaan tidak lagi dapat melanjutkan produksi di pabrik di Purwakarta dan sebagai gantinya Perusahaan akan menawarkan produk-produk baru yang menarik yang dirancang dan dikembangkan oleh Bata serta produsen lokal dari pabrik mitra kami di Indonesia, banyak diantaranya yang sudah bekerja sama dengan kami sebelumnya," ujarnya.
Oleh sebab itu, Hatta menegaskan PT Sepatu Bata tetap berinvestasi di Indonesia namun dengan memenuhi tuntutan konsumen yang lebih kekinian. Transformasi sepatu Bata, lanjut dia, adalah upaya adaptasi di tengah kompetitifnya persaingan industri alas kaki Nasional.
"Penyesuaian-penyesuaian ini juga merupakan bagian dari komitmen Perusahaan untuk berkembang dan beradaptasi di masa-masa perubahan ini," jelas Hatta.
Diketahui, PT Sepatu Bata Tbk telah hadir di Indonesia sejak 93 tahun lamanya dan beroperasi secara produksi pertama pada tahun 1940. Bata juga memiliki lisensi untuk merek lainnya selain Bata, seperti Comfit, Power, Bubblegummers, North Star, B-First, dan Weinbrenner.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Aprisindo, Firman Bakri menyampaikan tantangan bisnis sepatu di kancah domestik saat ini telah berlangsung sejak tahun 2019 – 2022. Firman memperkirakan industri alas kaki saat ini dikenakan biaya bea masuk tambahan (safeguards) pada bahan baku pembuatan sepatu.
"Sejak tahun 2019-2022 untuk bahan baku berupa tekstil/kain dikenakan safeguards, sehingga beban biaya produksi bagi industry alas kaki mengalami peningkatan," ujar Firman dalam keterangannya, Senin (6/5/2024).
Firman menjelaskan meski kebijakan safeguards tersebut telah dihentikan selepas tahun 2022, permohonan izin untuk bahan baku sempat tertunda lama. Ia melanjutkan, tantangan berupa ketentuan verifikasi kemampuan industri dilakukan oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh Kementerian Perindustrian.
"Karena ada ketentuan verifikasi kemampuan industry, dimana pabrik-pabrik yang akan melakukan importasi harus diverifikasi, oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh Kementerian Perindustrian," jelas Firman.
(Taufik Fajar)