JAKARTA - Pengusaha Tanri Abeng meninggal dunia di Usia 82 tahun. Tanri Abeng merupakan Mantan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan.
Dia meninggal hari ini, Minggu, 23 Juni 2024 pada pukul 02:39 WIB di RS Medistra Jakarta. Tanri Abeng akan disemayamkan di rumah duka Jalan Simprug Golf XIII No. 19, Jakarta Selatan.
Sekilas mengenai Tanri Abeng, dia dilahirkan di sebuah desa di Pulau Selayar, Celebes. Pada usia 10 tahun kedua orangtuanya meninggal dan ia dikirim untuk tinggal dengan kerabat di Makassar.
Setelah menyelesaikan pendidikan SLA di Makassar, ia sempat berangkat ke Amerika Serikat dalam program American Field Service (AFS) Exchange program. Selanjutnya dia melanjutkan sekolahnya di Universitas Hasanuddin sampai tingkat 5, pendidikannya dilanjutkan ke Graduate School of Business Administration, University at Buffalo, New York, Amerika Serikat hingga mendapatkan gelar MBA.
Kariernya terus menanjak sampai akhirnya ia menjadi Direktur PT Union-Carbide Indonesia. Selain itu, ia juga menjadi Direktur Agrocarb Indonesia, Direktur Karmi Arafura Fisheries (1971-1976) dan pada tahun 1977-1979, ia merangkap sebagai manager pemasaran Union Carbide Singapura.
Tahun 1979, ia pindah ke perusahaan produsen bir Belanda, Heineken, PT Perusahaan Bir Indonesia (Indonesian Beer Company). meskipun ia tidak bisa berbahasa Belanda dan tidak minum bir, Ia menjadi CEO perusahaan tersebut setelah wawancara selama 15 menit.
Selanjutnya ia mengubah nama PT Perusahaan Bir Indonesia ke Multi Bintang Indonesia. Pada tahun 1982, itu mencatat laba sebesar Rp4 miliar, naik dari hampir Rp500 juta dibandingkan ketika ia bergabung.
Pada tahun 1991 Tanri Abeng mundur sebagai CEO Multi Bintang dan pindah ke Bakrie & Brothers, perusahaan milik Aburizal Bakrie. Dengan beberapa reformasi, kinerja Bakrie & Brothers membaik, ketika Tanri Abeng bergabung dengan perusahaan penjualan tahunan sekitar USD50 juta. Pada akhir tahun 1996 penjualan ditutup menjadi USD700 juta. Saat itu ia sempat dijuluki sebagai ‘Manajer Rp1 Miliar’ lantaran ia mendapat bayaran sebesar itu saat memimpin perusahaan milik Aburizal Bakrie tersebut.