Kimia Farma
Emiten bersandi saham KAEF diterpa dugaan pelanggaran integritas penyediaan data laporan keuangan yang terjadi di anak usaha, yaitu Kimia Farma Apotek periode 2021-2022.
Dugaan tindak pidana tersebut menyumbang kerugian bagi Kimia Farma secara konsolidasi sepanjang 2023 hingga Rp 1,82 triliun.
Kendati begitu, KAEF tengah menelusuri lebih lanjut dugaan tersebut melalui audit investigasi yang dilakukan oleh pihak independen.
Manajemen juga mengaku bahwa adanya penurunan laba sepanjang tahun lalu, akibat inefisiensi operasional dan tingginya nilai Harga Pokok Penjualan (HPP).
Adapun salah satu penyebab inefisiensi operasional itu karena kapasitas 10 pabrik yang dimiliki tidak sejalan dengan pemenuhan kebutuhan bisnis perseroan. Hal ini membuat KAEF bakal menutup lima pabrik obat alias rasionalisasi fasilitas produksi.
Rencana penutupan lima pabrik bakal direalisasikan KAEF hingga 2-3 tahun mendatang. Aksi ini untuk menekan biaya operasional, efisiensi bisnis, dan meningkatkan utilitas pabrik. Hanya saja, pemutusan hubungan kerja (PHK) berpotensi dialami karyawannya.
(Feby Novalius)