Kelas Menengah Jadi Miskin, Ini Dampaknya bagi Ekonomi RI

Suparjo Ramalan, Jurnalis
Senin 29 Juli 2024 09:56 WIB
Kelas Menengah Jadi Miskin (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA - Kelas menengah di Indonesia turun level menjadi kelas menengah bawah atau aspiring middle class (AMC). Padahal, kelompok kelas menengah di Indonesia mempunyai peran besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, fenomena kelas menengah jadi miskin mempunyai dampak terhadap ekonomi Indonesia. Untuk itu, diperlukan intervensi pemerintah agar perkara tersebut bisa teratasi.

Misalnya, terjadi stagnasi pertumbuhan ekonomi karena daya beli atau konsumsi kelas menengah yang mengalami tekanan dan anjlok.

“Saya kira yang utama adalah tentu saja konsumsi mereka akan turun begitu ya, nah ini menyebabkan kalau kelas menengah turun, konsumsinya turun, otomatis berkurang lagi, daya dorong terhadap pertumbuhan ekonomi, akan relatif terbatas,” ujar Tauhid ketika dihubungi MNC Portal.

 

Lantas, apa intervensi pemerintah agar jumlah kelas menengah tidak merosot dan kembali membesar?

Tauhid menilai, kebijakan pemerintah terkait antisipasi dan penanganan inflasi pangan terus digenjot. Lalu, penguatan investasi, peningkatan produktivitas pekerja, pengupahan yang layak, dan perbaikan sistem jaminan sosial.

Ada banyak faktor yang mendorong kelas menengah di dalam negeri berkurang. Faktor yang paling dominan adalah inflasi pangan, lantaran lonjakan harga sejumlah komoditas pangan terjadi secara ‘gila-gilaan’.

Menurut dia, konsumsi pangan di kalangan kelas menengah Indonesia cukup tinggi. Namun, inflasi pangan menjadi momok bagi mereka, sehingga membuat daya beli menjadi berkurang.

“Kuncinya investasi, produktivitas, pengupahan, dan perbaikan sistem jaminan sosial, terutama pendidikan dan kesehatan agar cost beban mereka bisa dikurangi, jadi jangan mahal-mahal, dan mengatasi inflasi pangan,” katanya.

Untuk investasi, lanjut dia, punya hubungan erat dengan serapan tenaga kerja baru. Berdasarkan data Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bahwa realisasi investasi sepanjang 2023 mencapai Rp1.418,9 triliun dengan total penyerapan tenaga kerja 1.823.543 orang.

Realisasi investasi 2023 terdiri dari penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp744,0 triliun atau setara 52,4 persen dari total realisasi investasi. Sedangkan, penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp674,9 triliun atau mencapai 47,6 persen.

“Mau tidak mau ya agar kita juga masuk ke investasi yang penyerapan tinggi adalah pertama peningkatan produktivitas dari kelas menengah, kemudian kemampuan dan sebagainya begitu, jadi mau tidak mau kembali ke kapasitas SDM begitu,” ujarnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya