Tantangan dan Kekhawatiran Munculnya Rupiah Digital
Meskipun memiliki banyak keuntungan, ada beberapa tantangan dan kekhawatiran yang muncul terkait penggunaan Rupiah Digital:
1. Infrastruktur Digital: Tidak semua wilayah di Indonesia memiliki infrastruktur digital yang memadai. Masih banyak daerah yang sulit dijangkau oleh jaringan internet atau tidak memiliki akses ke perangkat digital.
2. Keamanan Data: Meskipun teknologi enkripsi digunakan, risiko kebocoran data atau serangan siber tetap ada. Oleh karena itu, perlindungan terhadap data pengguna harus menjadi prioritas utama.
3. Kebiasaan Masyarakat: Banyak masyarakat yang masih terbiasa menggunakan uang fisik dalam kehidupan sehari-hari. Perlu waktu dan edukasi untuk mengubah kebiasaan ini agar masyarakat lebih terbuka terhadap penggunaan mata uang digital.
Masa Depan Uang Kertas dan Logam
Dengan adanya Rupiah Digital, apakah ini berarti uang kertas dan logam akan segera hilang? Tidak sepenuhnya.
"BI harus mengeluarkan 3 jenis uang, yaitu uang kertas, uang elektronik yang sekarang dan uang digital ke depan," kata Gubenur BI Perry Warjiyo.
Beberapa alasan mengapa uang kertas dan logam masih relevan adalah:
1. Aksesibilitas: Tidak semua orang memiliki akses ke perangkat digital atau internet. Uang kertas dan logam masih menjadi alat pembayaran yang mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat.
2. Kepercayaan: Banyak orang yang masih merasa lebih nyaman dan percaya menggunakan uang fisik dibandingkan dengan uang digital.
3. Transaksi Kecil: Untuk transaksi kecil atau di daerah terpencil, penggunaan uang fisik masih lebih praktis.
Rupiah Digital membawa berbagai potensi dan manfaat bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam hal efisiensi dan keamanan transaksi.
Namun, tantangan terkait infrastruktur dan kebiasaan masyarakat perlu diatasi agar penggunaan mata uang digital dapat diadopsi secara luas.
Sementara itu, uang kertas dan logam masih akan tetap relevan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Masa depan transaksi keuangan kemungkinan besar akan menggabungkan keduanya, menciptakan ekosistem yang lebih inklusif dan efisien.
(Dani Jumadil Akhir)