“Jadi market sangat terbuka lebar ya, monggo aja kita sih kalau teman-teman belum merasa yakin mungkin main ke IKN, lihat. Bahkan 2 tahun lalu melihat masih relatif agak mentah gitu ya. Tapi tentunya ceritanya sudah sangat berbeda sekarang,” bebernya.
Dia mengaku, belum banyak pembangunan hotel di IKN, sehingga kebanyakan dari insan kementerian dan lembaga (K/L) masih menginap di Balikpapan, kota penyangga IKN.
“Ya, itu sebenarnya perusahaan punya pertimbangan sendiri ya, tapi kita bisa lihat kemarin itu saya aja gak dapat hotel di IKN, abis dari IKN nih, kita harus tunggal di Balikpapan,” papar dia.
“Uda ada hotel kemarin, para Menteri tinggal di hotel nusantara ya, itu Swiss Hotel, jadi uda ada hotel bintang 5 di sana, tapi memang baru satu yang saya lihat ya, jadi kayak kita-kita ini malah harus tinggal di luar,” lanjut Rachmat.
Sebelumnya, Ketua Umum BPP PHRI Hariyadi BS Sukamdani menyebut, ketertarikan akan timbul jika ada prospek investasi yang menjanjikan. Artinya, investasi di sektor perhotelan harus didasarkan pada permintaan pasar atau banyaknya jumlah orang yang memesan kamar hotel.
“Anggota PHRI tentu akan mengikuti perkembangan dari kunjungan yang ada di sana, jadi selama kunjungan itu nantinya meningkat tentu pastinya ada kebutuhan kamar hotel, pada saat itulah kami akan melakukan eksekusi pelaksanaan investasi di sana,” ujar Hariyadi saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan.
(Taufik Fajar)