Kenaikan suku bunga seringkali menarik investasi asing karena imbal hasil yang lebih tinggi. Ini bisa menyebabkan peningkatan permintaan untuk mata uang lokal, yang pada gilirannya menguatkan nilai tukar mata uang tersebut. Meskipun ini bisa menguntungkan bagi impor, itu juga dapat membuat ekspor lebih mahal di pasar internasional.
Pasar saham biasanya bereaksi negatif terhadap kenaikan suku bunga. Ini karena biaya modal yang lebih tinggi dapat mengurangi laba perusahaan, yang pada gilirannya dapat menurunkan harga saham. Selain itu, suku bunga yang lebih tinggi membuat obligasi menjadi investasi yang lebih menarik dibandingkan saham, yang bisa mengalihkan dana dari pasar saham ke pasar obligasi.
Suku bunga yang lebih tinggi juga berarti imbal hasil yang lebih baik untuk tabungan dan deposito. Hal ini dapat mendorong orang untuk menyimpan lebih banyak uang di bank, yang dapat mengurangi likuiditas di pasar dan lebih lanjut memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Jika pemerintah memiliki utang yang besar, kenaikan suku bunga dapat meningkatkan biaya layanan utang tersebut. Ini bisa berarti anggaran pemerintah harus menyesuaikan diri untuk mengalokasikan lebih banyak dana untuk pembayaran bunga, yang mungkin mengurangi alokasi untuk program lain seperti infrastruktur atau layanan publik.
Jika suku bunga naik terlalu cepat atau terlalu tinggi, ada risiko ekonomi memasuki resesi. Pengurangan dalam konsumsi dan investasi dapat mengakibatkan penurunan produksi, peningkatan pengangguran, dan penurunan pendapatan rumah tangga.
Kenaikan suku bunga adalah alat yang kuat dalam kebijakan moneter yang dapat mempengaruhi hampir setiap aspek ekonomi. Meskipun dapat membantu mengendalikan inflasi, dampaknya terhadap konsumsi, investasi, dan pasar keuangan dapat menimbulkan tantangan yang signifikan, terutama jika kenaikan tersebut terlalu drastis atau terjadi dalam kondisi ekonomi yang sudah rapuh.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)