JAKARTA - Ekonom senior Faisal Basri meninggal dunia pada hari ini dalam usia 65 tahun. Faisal Basri salah satu ekonom yang berani menyampaikan pandangan dan kritik mengenai kebijakan pemerintah.
“Kita kehilangan Faisal Basri, Ekonom pendiri Indef sudah dikenal luas, sosok yang idealis dan sangat berintegritas. Faisal sering dipandang sebagai sosok yang idealis, dengan prinsip yang kuat mengenai bagaimana ekonomi dan politik harus dikelola demi kepentingan publik,” kata Ekonom Senior Indef Didik J Rachbini, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Kritikan Faisal Basri mulai dari utang hingga hilirisasi. Berikut ini Okezone rangkum kritikan Faisal Basri dalam 10 tahun terakhir alias dalam masa pemerintahan Jokowi:
1. Kereta Cepat Whoosh
Faisal Basri menyebut proyek Kereta Cepat Whoosh akan balik modal dalam 139 tahun alias 1 abad. Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tidak akan memberikan keuntungan dalam waktu cepat. Berdasarkan perhitungan simulasi dari Ekonom Senior Faisal Basri, proyek kereta cepat Jakarta - Bandung baru akan balik modal 139 tahun lagi.
"Dengan investasi Rp114 triliun, saya simulasikan kalau seat cuma 50%, trip cuma 30 kali sehari dan harga tiket diturunkan jadi Rp250.000 maka balik modalnya 139 tahun. Ini tidak memperhitungkan biaya operasi," ujarnya dalam Webinar Dampak Investasi China untuk Indonesia, Selasa (2/11/2021).
2. Utang Pemerintah
Faisal Basri menyoroti utang sejak pertengahan era kepimpinan Jokowi. Bahkan, dia masih membicarakan utang pemerintah dalam sebuah pada 27 Agustus 2024 lalu.
Faisal mengungkapkan pemerintahan Jokowi telah membuat utang Indonesia naik 3,3 kali lipat dari akhir 2014. "3,3 kali lipat itu terdahsyat setelah krisis," katanya.
Faisal pun mempertanyakan upaya Presiden Jokowi untuk membawa Indonesia tumbuh 8% yang tidak berbuah hasil. Padahal, cita-cita ini sudah dimotori dengan utang dan pembangunan jor-joran tetapi hasilnya tetap 5%.
"Jadi betul ada yang salah. Utang ini ke mana dan utang Jokowi ini digadang-gadang kalau tidak ada utang tidak ada pembangunan infrastruktur," ujarnya.
3. Hilirisasi
Faisal Basri menilai program hilirisasi memiliki konsep yang sesat. Hal ini sampaikan untuk merespons debat kelima Pemilihan Presiden (Pilpres 2024) pada Minggu (4/2) lalu.
Faisal bahkan menantang Luhut untuk berdebat dengannya demi bisa membuktikan program hilirisasi itu memiliki konsep yang sesat. Dia mengaku akan mengajak mantan Kepala BKPM Thomas Lembong.
“Saya bisa debat deh dengan Luhut secara terbuka gitu. Anda organisir saja. Saya sama Tom Lembong deh berdua, lawan Luhut Pandjaitan dengan Seto (Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves)," kata dia.
4. Pembangunan IKN
Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) juga disorot Faisal Basri. Bahkan, saat pandemi Covid-19, pemerintah masih memprioritaskan pembangunan IKN.
“Proyek ibu kota jalan terus, tidak ada negara seberani ini bicara proyek ibu kota masih jalan terus, Kepala Bappenas mengatakan jalan terus," ujar Faisal, Rabu (13/5/2020).
Faisal kala itu mengingatkan pemerintah untuk mengesampingkan urusan pembangunan ibu kota. Sebab, seharusnya pemerintah saat ini bertanggung jawab memutus penyebaran Covid-19. Apalagi. ekonomi masyarakat saat itu juga sangat tertekan.
"Rakyat susah, elit pesta pora," ujarnya.
5. Kebijakan PPN
Faisal Basri mengkritik rencana pemerintah menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% per 1 Januari 2025. Kebijakan itu hanya akan merugikan rakyat kecil.
Faisal Basri memperkirakan tambahan pendapatan negara yang akan diperoleh negara melalui kenaikan tarif itu tidak akan sampai Rp100 triliun.
6. Bagi-Bagi Izin Tambang
Faisal Basri menyinggung kebijakan pemerintah membagikan wilayah izin usaha pertambangan khusus (WIUPK) kepada ormas keagamaan. Pembagian konsesi tambang kepada ormas keagamaan ini tak dilakukan melalui lelang seperti layaknya pemberian kepada badan swasta, tapi dengan penunjukan. Faisal Basri menyebut cara ini termasuk merupakan perusakan tatanan yang terjadi di Indonesia.
“Tatanannya dirusak, kemudian diperlukan sosok-sosok yang pokrol bambu gitu," kata Faisal Basri.
(Dani Jumadil Akhir)