2. Kondisi Perekonomian Nasional
Kondisi deflasi yang terjadi hingga Oktober 2024 lalu juga menjadi penyebab masih tingginya pengangguran di Indonesia. “Penggerak ekonomi di 2025 akan banyak didorong dari spending-nya Gen Z di kelas menengah, meskipun kita menghadapi stagflasi ekonomi dunia akibat situasi geopolitik global saat ini," kata Rhesa.
3. Dampak Geopolitik Global
Selain faktor domestik, tekanan dari kebijakan global juga menjadi sorotan. "Sekarang, kita selalu tergantung pada Federal Reserve di Amerika Serikat, yang menyebabkan suku bunga tinggi. Ketika suku bunga tinggi, daya beli masyarakat turun, pinjaman macet, dan muncul fenomena gali lubang tutup lubang. Hal ini mendorong orang untuk mencari solusi instan seperti judi online atau pinjaman online (pinjol)," ujar Roy.
4. SDM Kurang Terampil
Tingginya tingkat pengangguran terbuka di Indonesia yang masih tinggi ini disebabkan beberapa hal. Seperti SDM yang kurang terampil, hingga Mismatch antara kebutuhan industri dengan angkatan kerja baru.
"Memang menciptakan dan menyiapkan tenaga kerja terampil yang siap bekerja ini menjadi tantangan kita semua. Tapi ini motivasi kita di Kemnaker, ini adalah tugas yang mulia," lanjutnya.
"Saya mendengar bahwa di DKI Jakarta sudah banyak SMK unggulan. Ini harus terus dipertahankan dan ditingkatkan, sehingga di balai pelatihan, tenaga kerja tidak perlu disiapkan dari nol. Pembekalan di SMK harus cukup memadai, tinggal penyempurnaan selama satu atau dua bulan, kemudian diberikan sertifikasi," lanjutnya.
Nantinya, sertifikasi tersebut bisa dijadikan jaminan kompetensi tenaga kerja, sebagai manfaat untuk membuktikan bahwa masyarakat tersebut sudah memenuhi kemampuan standar yang diharapkan.
"Kompetensi yang disiapkan tidak hanya berupa keterampilan teknis, tetapi juga mencakup soft skills. Ini adalah pekerjaan rumah kita bersama. Oleh sebab itu, kita perlu menata proses dari hulu ke hilir agar expo seperti ini memberikan hasil maksimal," ungkapnya.
Dengan tantangan seperti deflasi, pelemahan daya beli, dan dampak geopolitik global, sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga riset diharapkan dapat menjadi kunci mendorong stabilitas ekonomi Indonesia.
(Taufik Fajar)