JAKARTA - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie mengungkapan ketertarikan Australia untuk mendanai sejumlah proyek infrastruktur di Indonesia. Misalnya, bandar udara (bandara), jalan tol, hingga jembatan.
Bahkan, mereka menaruh minat terhadap proyek-proyek strategis lainnya. Anindya menyebut, aset infrastruktur seperti jalan, bandara, jembatan, dan lain-lain ingin diprivatisasi Australia.
“Nah ini saya rasa bagus sekali karena dengan sendirinya aset-aset infrastruktur seperti toll road, port, bandara, jembatan dan lain-lain mana pun yang mau diprivatisasi, jika mereka tertarik,” ungkap Anindya saat ditemui di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Selasa (11/2/2025).
Kadin sendiri baru saja melaksanakan pertemuan dengan Australia. Dalam kesempatan itu, perwakilan pemerintah asal negara kanguru itu menyampaikan ketertarikannya untuk bermitra dengan pelaku usaha dan otoritas di Tanah Air (Indonesia Incorporated).
“Nah, Kadin sebagai naungan dunia usaha tentu tahu sekali proyek-proyek ini dan tahu-tahu teman-teman swasta yang tertarik di bidangnya,” paparnya.
Tak hanya itu, Australia juga melirik mineral kritis yang dipunyai Indonesia. Peran komoditas mineral kritis menjadi sangat strategis dan vital dalam mendukung transisi energi.
Misalnya, sebagai bahan baku industri pembuatan panel surya, turbin angin dan industri baterai yang digunakan untuk kendaraan listrik dan storage pembangkit energi baru terbarukan (EBT).
Mineral kritis juga mempunyai harga yang tinggi dikarenakan termasuk dalam kategori sulit untuk ditemukan, sulit diekstraksi dalam jumlah ekonomis dan sulit disubstitusi logam atau material lain. Selain itu, mineral tersebut merupakan mineral ikutan dari pertambangan timah, bauksit, nikel dan pasir besi.
“Yang kedua, tadi juga tertarik untuk bicara mengenai mineral kritis terutama mereka mempunyai litium. dan mereka yang paling penting mempunyai free trade agreement dengan Eropa dan juga Amerika,” beber dia.
“Jadi kalau ada kerja sama siapa tahu bisa dibikin suatu struktur dimana kita juga bisa mengakses pasar-pasar tersebut,” lanjut Anindya.
Di sektor kesehatan, Australia juga berminat menggandeng Indonesia. Anindya menyebut, Australia berencana membantu tenaga kesehatan alias nakes Indonesia yang pandai berbahasa inggris untuk dipekerjakan di berbagai negara.
“Dan yang ketiga tadi bicara juga mengenai kesehatan. Mereka tertarik untuk membantu terutama untuk pencetakan suster yang berbahasa Inggris dan nanti bisa dikirim ke berbagai macam negara yang membutuhkannya. Jadi ini tenaga kerja migran yang bisa kita andalkan juga dari kerjasamanya,” ucapnya.
(Taufik Fajar)