Ini 4 Jurus agar RI Jadi Produsen Kakao Terbesar di Dunia

Dani Jumadil Akhir, Jurnalis
Rabu 19 Februari 2025 10:13 WIB
Ini 4 Jurus agar RI Jadi Produsen Kakao Terbesar di Dunia (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA -  Industri kakao Indonesia memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional, namun menghadapi tantangan signifikan yang memerlukan perhatian serius. Data International Cocoa Organization (ICCO) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi biji kakao Indonesia terus mengalami penurunan sejak tahun 2010.

Penurunan produksi kakao nasional ini disebabkan beberapa faktor seperti produktivitas kakao yang rendah karena penggunaan bibit asalan yang tidak berkualitas, serangan hama penyakit, perubahan iklim global yang cukup ekstrem, hingga alih fungsi lahan.

1. Peningkatan Komoditas Kakao 

Pemerintah melalui Project Management Office (PMO) Kopi Nusantara yang pada akhir November 2024 oleh Menteri BUMN Erick Thohir ditugaskan juga untuk mendukung pengembangan komoditas kakao secara nasional. Peningkatan ini melalui Center of Excellence Kakao Indonesia di Kebun Kendenglembu, Banyuwangi yang bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) dan PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) 

Pusat ini akan berfungsi sebagai pusat penelitian, pelatihan, dan pengembangan teknologi budidaya kakao yang produktif dan berkelanjutan. Program-program utama yang akan dijalankan meliputi:

1. Pengembangan Varietas Unggul: Meneliti dan mengembangkan varietas kakao berkualitas tinggi yang tahan terhadap hama dan penyakit serta memiliki produktivitas tinggi.

2. Peningkatan Kapasitas Petani: Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani mengenai teknik budidaya terbaik, fermentasi, dan pasca panen untuk meningkatkan kualitas biji kakao.

3. Penguatan Kemitraan Industri: Membangun kerja sama dengan pelaku industri, eksportir, dan peritel guna memastikan rantai pasok yang terintegrasi dan
menguntungkan bagi petani.

4. Riset dan Inovasi Teknologi: Mengembangkan praktik agronomi berbasis teknologi, termasuk sistem agroforestri dan pertanian regeneratif untuk meningkatkan keberlanjutan produksi kakao di Indonesia.

2. Kebun Penghasil Kakao

Saat ini, luas total Kebun Kendenglembu, Banyuwangi adalah 220,3 ha. Kebun Kendenglembu mengusung konsep budidaya regenerative agriculture baik untuk kakao
edel maupun kakao bulk. Kebun Kendenglembu telah lama dikenal sebagai kebun penghasil kakao edel terbaik di Indonesia, sehingga center of excellence diseminatif ini
tetap mengusung kakao edel dalam strategi pengembangannya. 

Beberapa area pengembangan diseminatif, di antaranya adalah area poliklonal, area water management system (irigasi basis gravitasi dan intensif GAP), area non rekayasa pengelolaan air namun intensif GAP, area uji adaptabilitas kesesuaian lahan edel vs bulk dan area uji penaung multistrata untuk mendukung pendekatan agroforestri.

 

3. Peran BUMN Sektor Perkebunan

Ketua PMO Kopi dan Kakao Nusantara Dwi Sutoro, menyatakan bahwa Center of Excellence ini merupakan wujud komitmen semua stakeholders dalam memperkuat peran BUMN sebagai agen pembangunan sektor perkebunan nasional.

“Melalui pendekatan berbasis riset dan kemitraan strategis, kami ingin mendorong industri kakao Indonesia agar mengalami peningkatan baik dari segi produktivitas
maupun daya saing global. Apalagi 99,6% kakao Indonesia diproduksi oleh petani rakyat yang perlu kita support,” ujar Dwi Sutoro yang juga merupakan sebagai Direktur
Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara. 

“Kita ingin Center of Excellence Kakao
Indonesia ini bisa menjadi one-stop solution services bagi semua pihak," sambungnya.

Kepala Puslitkoka Dini Astika Sari menambahkan bahwa riset dan inovasi memegang peranan kunci dalam meningkatkan nilai tambah kakao Indonesia. 

“Puslitkoka berkomitmen untuk terus mengembangkan teknologi dan pengetahuan yang dapat diterapkan oleh petani serta pelaku industri guna meningkatkan kualitas dan keberlanjutan kakao nasional,” jelas Dini yang juga ditugaskan oleh Menteri BUMN sebagai Wakil Ketua PMO Kopi dan Kakao Nusantara.

Dengan adanya Center of Excellence Kakao Indonesia di Kebun Kendenglembu, Banyuwangi ini, diharapkan tercipta model percontohan bagi pengembangan kakao di
berbagai daerah. Pendekatan holistik yang mencakup peningkatan produksi, kualitas, dan akses pasar ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani kakao serta memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen utama di industri kakao global.

4. Data Produksi Kakao Indonesia

Menurut data International Cocoa Organization (ICCO), kapasitas produksi kakao di Indonesia sebanyak 180.000 ton per tahun pada 2022. Indonesia menempati posisi ke 7 negara produsen kakao terbesar di dunia. 

Produksi kakao Indonesia kini mengalami stagnan, bahkan mengalami penurunan, meskipun peran coklat untuk perekonomian nasional masih sangat besar.

Pada Tahun 2021, luas lahan kakao di Indonesia tercatat 1,5 juta hektare, mengalami penurunan dari 1,7 juta hektare pada Tahun 2017. Produksi kakao Indonesia pada Tahun 2022 mencapai 667,3 ribu ton, dari jumlah tersebut, lebih setengahnya untuk komoditas ekspor, yaitu 385.981 ton, dengan nilai mencapai 1,26 miliar dolar AS atau sekitar Rp20 triliun.

Meskipun Indonesia merupakan salah satu produsen kakao terbesar di dunia, negara kita masih mengimpor biji kakao mentah dalam jumlah signifikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Pada Tahun 2021, Indonesia mengimpor sekitar 133 ribu ton biji kakao, dengan nilai mencapai 340,2 juta dolar AS atau setara dengan Rp4,8 triliun. Hal tersebut dikarenakan produksi biji kakao dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan industri pengolahan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya