Ibrahim juga menyoroti potensi sentimen positif dari kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia. Ia menyebut bahwa Indonesia tengah bernegosiasi dengan Amerika Serikat untuk mencapai solusi bersama terkait tarif impor.
“Ada tiga hal yang diajukan untuk win-win solution. Pertama, menambah kuota impor terutama kedelai, kapas, kain, minyak dan gas. Kedua, mengurangi biaya fiskal dan memberikan stimulus fiskal, termasuk PPh dan PPN. Ketiga, deregulasi untuk barang elektronik dan teknologi dari Amerika,” jelasnya.
Jika kesepakatan dicapai dalam waktu dekat, seperti pada 17 April mendatang, Ibrahim meyakini hal tersebut dapat memperkuat nilai tukar rupiah sekaligus menahan laju harga logam mulia dalam negeri.
“Kalau deal-deal solution itu diterima, ini akan menguatkan mata uang rupiah. IHSG pun juga akan menguat, rupiah pun juga akan menguat. Nah, pada saat rupiah menguat, ini akan menahan laju harga logam mulia,” pungkasnya.
Dengan berbagai dinamika global dan domestik yang memengaruhi pasar emas, investor diimbau untuk terus mencermati perkembangan kebijakan moneter serta situasi geopolitik global sebagai dasar pengambilan keputusan investasi.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)