Alih-alih mempertahankan pendekatan protektif melalui tarif dan pembatasan kandungan lokal, Indonesia didorong untuk mengandalkan inovasi dan menciptakan iklim persaingan yang sehat. Data menunjukkan bahwa keterbukaan memicu produktivitas dan ketahanan ekonomi dalam jangka panjang.
Sektor-sektor tradisional seperti pertanian, komoditas, dan sumber daya alam yang selama ini kerap dipandang sebelah mata justru menyimpan potensi besar untuk inovasi. Mulai dari praktik pertanian berkelanjutan (sustainable farming), sistem logistik modern, hingga ekspor produk bernilai tambah (added-value), peluang transformasi terbuka lebar.
Pada 2024, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang 12,61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Perkebunan sendiri menyumbang 4,17 persen. Kelapa sawit tetap menjadi komoditas unggulan ekspor, sementara industri tembakau menyumbang lebih dari Rp150 triliun per tahun kepada penerimaan negara.
Di sisi lain, sektor-sektor baru seperti energi terbarukan, perumahan, dan industri kreatif menunjukkan tren pertumbuhan positif. Ketiganya berpotensi menjadi pilar ekonomi masa depan.
“Pemerintah perlu membiarkan sektor-sektor ini tumbuh secara organik. Dengan insentif yang tepat dan iklim usaha yang sehat—bukan lewat intervensi atau regulasi berlebihan—sektor lama dan sektor baru, yang seringkali diabaikan, dapat tumbuh berdampingan,” ujar Country Manager CME, Alfian Banjaransari.
(Feby Novalius)