Banyak investor pemula justru mengalokasikan dana kebutuhan pokok untuk investasi. Akibatnya, saat terjadi penurunan nilai aset, mereka panik dan terpaksa menjual di waktu yang salah.
Investasi seharusnya dilakukan dengan rencana jangka panjang. Namun, investor pemula kerap tergoda untuk membeli dan menjual aset berdasarkan emosi atau tren sesaat. Tanpa strategi yang matang, keputusan seperti ini dapat menimbulkan kerugian.
Rencana investasi yang baik mencakup tujuan keuangan yang jelas, jangka waktu, serta profil risiko pribadi. Tanpa panduan tersebut, investor mudah terombang-ambing oleh fluktuasi pasar.
Sebelum mulai berinvestasi, penting untuk menyiapkan dana darurat. Dana ini berfungsi sebagai cadangan apabila terjadi hal-hal tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan atau kebutuhan medis mendesak.
Tanpa dana darurat, investor berisiko mencairkan investasinya di saat yang tidak tepat hanya demi memenuhi kebutuhan mendesak dan ini berpotensi menyebabkan kerugian besar.
Bagi investor pemula yang belum siap menghadapi naik-turunnya pasar saham, obligasi bisa menjadi alternatif yang lebih stabil.
Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan, dengan janji pengembalian dana pokok di akhir masa jatuh tempo serta pembayaran imbal hasil rutin yang disebut kupon.
“Obligasi cocok untuk pemula karena risikonya lebih rendah dibandingkan saham,” jelasnya.
“Selain penghasilan rutin dari kupon, obligasi juga bisa menjadi alat diversifikasi portofolio yang efektif,” tambahnya.
(Taufik Fajar)