Angka ini menunjukkan peningkatan yang substansial sebesar 170.000 metrik ton dibandingkan produksi tahun sebelumnya, menggambarkan pertumbuhan yang konsisten.
Dengan volume produksi tersebut, Indonesia jauh melampaui negara-negara pesaing utama. Filipina, misalnya, menempati posisi kedua dalam daftar produsen nikel terbesar.
Namun, dengan produksi sebesar 330.000 metrik ton pada tahun 2024, Filipina berada pada angka yang jauh di bawah capaian Indonesia, menunjukkan selisih yang sangat besar dalam kapasitas produksi.
Selain dominasi dalam produksi, Indonesia juga memiliki cadangan nikel yang melimpah. Cadangan nikel di Indonesia diperkirakan mencapai 55 juta metrik ton.
Besarnya cadangan ini tidak hanya menopang produksi saat ini, tetapi juga menjamin keberlanjutan pasokan nikel Indonesia untuk jangka waktu yang panjang.
Ketersediaan cadangan yang besar dan kapasitas produksi yang tinggi menjadikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam pasar nikel internasional.
Keunggulan ini memberikan Indonesia posisi tawar yang kuat dalam negosiasi harga dan pasokan nikel di pasar global, mengingat pentingnya nikel sebagai bahan baku vital bagi berbagai industri.
Nikel sendiri bukan hanya digunakan dalam pembuatan baja tahan karat yang tahan korosi.
Lebih dari itu, mineral ini telah menjadi komponen yang semakin vital dalam produksi baterai isi ulang, khususnya untuk kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV).
Industri kendaraan listrik yang terus berkembang pesat secara global telah memicu peningkatan permintaan nikel secara drastis.
Dengan demikian, dominasi Indonesia dalam produksi nikel tidak hanya berdampak positif pada perekonomian nasional melalui ekspor dan pengembangan industri hilir.
Lebih jauh, posisi ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara paling strategis dalam transisi energi global menuju kendaraan listrik, berperan penting dalam memenuhi kebutuhan nikel dunia yang terus meningkat.
Baca Selengkapnya: Daftar Negara Penghasil Nikel Terbesar di Dunia, Indonesia Peringkat Berapa?
(Taufik Fajar)