Hingga pertengahan 2025, serangan udara tersebut telah menjatuhkan lebih dari 85.000 ton bom dan menyebabkan lebih dari 179.000 warga Palestina tewas atau terluka.
Perusahaan Israel Elbit Systems dan IAI menyuplai drone, sementara FANUC dari Jepang menyediakan mesin robotik untuk lini produksi senjata. Adapun AP Moller asal Denmark terlibat dalam pengangkutan logistik militer Israel.
Perusahaan seperti NSO Group, IBM, Microsoft, Alphabet (Google), Amazon, dan Palantir disebut menyediakan teknologi pengawasan, spyware, pengumpulan data biometrik, dan komputasi awan.
Produk-produk mereka digunakan dalam pengawasan warga Palestina, termasuk melalui spyware Pegasus, sistem pengawasan militer, hingga AI pendeteksi target.
Caterpillar Inc. (AS), HD Hyundai (Korea Selatan), dan Volvo Group (Swedia) disorot karena menyediakan alat berat yang digunakan untuk menghancurkan rumah, masjid, rumah sakit, dan lahan pertanian warga Palestina. Buldoser Caterpillar D9 bahkan dimodifikasi sebagai alat tempur militer.
Perusahaan seperti Chevron, BP, Drummond Company, dan Glencore diduga turut menopang genosida dengan memasok energi dan batu bara. Chevron, misalnya, menyuplai lebih dari 70% kebutuhan gas alam domestik Israel dan meraih keuntungan dari penjualan ke Mesir dan Yordania.
Bright Dairy & Food Co. Ltd asal China, pemilik mayoritas saham Tnuva (perusahaan makanan terbesar di Israel), disebut mendapat keuntungan dari sistem perampasan lahan dan dominasi pangan yang diciptakan Israel.
Platform pemesanan daring seperti Booking.com dan Airbnb dinilai berkontribusi dalam legitimasi kolonisasi Israel dengan menyewakan properti di wilayah pemukiman ilegal. Airbnb bahkan mempromosikan kawasan pemukiman sebagai komunitas hangat yang menutupi kekerasan terhadap warga Palestina.
Bank dan lembaga keuangan seperti BNP Paribas, Barclays, serta perusahaan manajemen aset BlackRock, Vanguard, dan Allianz PIMCO diketahui membeli obligasi pemerintah Israel senilai miliaran dolar, yang digunakan untuk mendanai serangan di Gaza.
Menurut laporan, perusahaan-perusahaan tersebut bukan hanya pasif, melainkan aktif berkontribusi terhadap keberlanjutan sistem apartheid dan genosida terhadap Palestina.
(Taufik Fajar)