“Melalui kerja sama ini, kita harap para pengusaha Indonesia dapat memanfaatkan Timor Leste sebagai tempat transit ekspor ke Amerika (Serikat) sehingga sama-sama memperoleh manfaat ekonomi yang lebih besar,” kata Nino.
Selain peluang re-export, Timor Leste juga menyiapkan kerja sama lain di sektor industri, pertanian, perikanan, serta pembangunan kawasan industri baru.
"Kita memiliki peluang sangat besar karena baru mengembangkan kawasan industri. Ini bisa menjadi peluang menarik bagi investor Indonesia,” lanjut Nino.
Dia menambahkan, Timor Leste juga ingin mulai memasukkan produk-produknya ke pasar Indonesia guna memperkecil defisit perdagangan yang selama ini masih terjadi.
"Walaupun saat ini kita ada defisit perdagangan, tetapi sudah ada keinginan bagaimana Timor Leste dari beberapa produknya bisa masuk juga di pasar Indonesia supaya untuk memperkecil kesenjangan defisit perdagangan kita," jelas Nino.
Lebih lanjut, ekonom senior sekaligus Komisaris Utama Mining Industry Indonesia (MIND ID) Fuad Bawazier mengingatkan pentingnya Indonesia belajar dari pengalaman China, agar tidak hanya menjadi pasar bagi produk asing, tetapi juga mampu tumbuh menjadi negara produsen yang tangguh.
Fuad menyinggung bagaimana China awalnya hanya disiapkan menjadi pasar konsumen, seiring proyeksi Bank Dunia saat itu bahwa abad ke-21 akan menjadi centurinya Asia Pasifik. Namun, China berhasil membalik keadaan.
“Yang dari mulai dipersiapkan sebagai konsumen atau pasar, bisa berubah dirinya menjadi produsen yang handal. Yang tadinya ditertawakan cuma bikin korek api, payung buka-buka, sekarang sudah hebat semua,” pungkasnya.
(Taufik Fajar)