Fenomena Warga RI Makan Tabungan Masih Berlanjut, Kelas Menengah Kian Terjepit

Anggie Ariesta, Jurnalis
Senin 11 Agustus 2025 13:04 WIB
Fenomena Warga RI Makan Tabungan Masih Berlanjut, Kelas Menengah Kian Terjepit (Foto: Freepik)
Share :

JAKARTA - Fenomena warga Indonesia makan uang tabungan masih berlanjut. Hal ini berdasarkan hasil survei terbaru dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dalam hasil survei LPS menunjukkan kondisi yang bervariasi pada keyakinan konsumen di Indonesia.

Berdasarkan data bulan Juli 2025, Indeks Menabung Konsumen (IMK) tercatat melemah, sementara Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) secara umum menurun. Namun, terdapat indikasi menarik di mana optimisme justru meningkat di kalangan rumah tangga berpendapatan rendah.

Direktur Group Riset LPS Seto Wardono mengungkapkan, pelemahan IMK dipengaruhi oleh pengeluaran rumah tangga yang meningkat di awal tahun ajaran baru.

“Perkembangan ini mencerminkan intensitas dan niat menabung konsumen yang melandai seiring dengan meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan pada awal tahun ajaran baru, di tengah pemberian stimulus ekonomi dalam jangka pendek,” ujar Seto dalam keterangan resminya, dikutip Senin (11/8/2025).

Pada Juli 2025, IMK berada di level 82,2, turun 1,6 poin dari bulan sebelumnya. Pelemahan ini disebabkan oleh turunnya komponen Indeks Waktu Menabung (IWM) sebesar 4,7 poin.

Namun, LPS mencatat adanya peningkatan positif pada Indeks Intensitas Menabung (IIM), yang naik 1,4 poin. Porsi responden yang menyatakan tidak pernah menabung menurun dari 26,7 persen pada Juni menjadi 24,9 persen pada Juli 2025.

Pelemahan IMK justru tidak terjadi di semua kelompok. IMK tercatat menguat pada rumah tangga berpendapatan hingga Rp1,5 juta per bulan (naik 9,1 poin) dan pendapatan di atas Rp1,5 juta hingga Rp3 juta per bulan (naik 3,1 poin), menunjukkan peningkatan niat menabung di kelompok ini.

 

Secara keseluruhan, IKK pada Juli 2025 tercatat menurun 2,5 poin ke level 96,9. Penurunan ini mencerminkan persepsi konsumen yang kurang positif terhadap kondisi ekonomi dan lapangan kerja saat ini. 

Seto menambahkan, penurunan IKK juga dipengaruhi oleh harga sembako yang naik, penyerapan lapangan kerja yang melandai, serta harga pupuk yang masih tinggi.

Namun, terdapat pengecualian yang signifikan. IKK pada kelompok rumah tangga berpendapatan paling rendah, yaitu hingga Rp1,5 juta per bulan, justru naik ke level optimis di atas 100, mencapai 100,4 pada Juli 2025. Ini adalah kenaikan tertinggi dibandingkan kelompok pendapatan lain.

“Kenaikan IKK pada rumah tangga berpendapatan paling rendah disebabkan karena kenaikan biaya pendidikan terkait dengan pengeluaran rumah tangga, yang lebih tinggi pada masa dimulainya tahun ajaran baru,” jelas Seto.

Meskipun IKK secara keseluruhan menurun, Indeks Ekspektasi (IE) yang mengukur prospek ekonomi kedepan tetap berada di atas level 100, menunjukkan optimisme konsumen terhadap masa depan masih solid.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya