Sri Mulyani Curhat Rumah Dijarah: Para Penjarah seperti Berpesta, Hilang Akal Sehat

Dani Jumadil Akhir, Jurnalis
Rabu 03 September 2025 10:12 WIB
Sri Mulyani Curhat Rumah Dijarah: Para Penjarah seperti Berpesta, Hilang Akal Sehat (Foto: Kemenkeu)
Share :

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kecewa dan patah hati usai rumahnya di Bintaro dijarah massa oleh orang tidak dikenal pada Minggu 31 Agustus 2025 malam. Hal yang membuat dirinya patah hati karena lukisan cat minyak bunga diambil salah satu massa.

"Lukisan Bunga Itu ????," tulis Sri Mulyani dalam akun Instagram pribadinya, Jakarta, Rabu (3/9/2025).

Berdasarkan rekaman video yang beredar di media sosial, tampak sekelompok massa masuk ke dalam rumah Sri Mulyani dan membawa sejumlah barang dari kediaman tersebut.

Penjarahan rumah Sri Mulyani tidak terjadi sekali, melainkan dua kali dalam satu malam. Gelombang pertama berlangsung sekitar pukul 00.30 WIB, sementara gelombang kedua kembali terjadi sekitar pukul 03.30 WIB.

"Laki-laki berjaket merah memakai helm hitam tampak memanggul lukisan cat minyak bunga di atas kanvas ukuran cukup besar. Dia membawa jarahannya dengan tenang, percaya diri keluar dari rumah pribadi saya yang menjadi target operasi jarahan hari minggu akhir Agustus 2025 dini hari," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengungkapkan, lukisan bunga itu bagi penjarah pasti dibayangkan bernilai sekadar seperti lembaran uang. Padahal lukisan tersebut bagi Sri Mulyani sangat berarti. Lukisan bunga yang dia lukis 17 tahun lalu adalah hasil dan simbol perenungan serta kontemplasi diri, sangat pribadi.

"Lukisan bunga yang saya lukis 17 tahun lalu adalah hasil dan simbol perenungan serta kontemplasi diri, sangat pribadi. Seperti rumah tempat anak-anak saya tumbuh dan bermain, sangat pribadi dan menyimpan kenangan tak ternilai harganya," katanya.

Bagi Sri Mulyani, lukisan bunga itu seperti rumah tempat anak-anaknya tumbuh dan bermain, sangat pribadi dan menyimpan kenangan tak ternilai harganya. "Lukisan bunga itu telah raib, lenyap seperti lenyapnya rasa aman, rasa kepastian hukum, dan rasa perikemanusiaan yang adil dan beradab di bumi Indonesia," katanya.

 

Menurut Sri Mulyani, bagi penjarah, rumah dan barang-barang tersebut hanyalah sekadar target operasi. Para penjarah seperti berpesta, bahkan diwawancara reporter media: dapat barang apa mas?” - dijawab ringan, dengan nada sedikit bangga tanpa rasa bersalah : “ lukisan”. 

"Liputan penjarahan dimuat di media sosial dan diviralkan secara sensasional. Menimbulkan histeria intimidatif yang kejam. Hilang hukum, hilang akal sehat dan hilang peradaban dan kepantasan, runtuh rasa perikemanusiaan. Tak peduli rasa luka yang tergores dan harga diri yang dikoyak yang ditinggalkan. Absurd," curhat Sri Mulyani.

Meski kehilangan lukisan pribadinya, Sri Mulyani menganggap hal itu tidak sebanding karena adanya korban jiwa manusia yang melayang dan tak akan tergantikan.

"Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Syaiful Akbar, Rheza Sendy Pratama, Rusdamdiansyah, Sumari. Menimbulkan duka pedih yang mendalam bagi keluarga. Tragedi kelam Indonesia," ujarnya.

Sri Mulyani menegaskan, dalam kerusuhan tidak pernah ada pemenang. Yang ada adalah hilangnya akal sehat, rusaknya harapan, runtuhnya fondasi berbangsa dan bernegara kita, negara hukum yang berperikemanusiaan, yang adil dan beradab.

"Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan dan jangan menyerah pada kekuatan yang merusak itu. Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, tanpa amarah, dan tanpa keluh kesah serta tanpa putus asa," ujarnya.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya