“Ini bukan soal urusan personal atau kelembagaan. Ini persoalan penyelamatan para korban bencana. Karena itu, data dan keputusan harus berbasis kondisi riil di lapangan,” ujarnya.
Atas dasar itu, Rieke mendorong Pertamina Patra Niaga untuk memastikan penyaluran BBM bagi kebutuhan genset darurat di Aceh berjalan lancar dan tidak terhambat.
“Saatnya semua pihak bergandengan tangan agar instalasi darurat tetap menyala dan masyarakat terlindungi,” tutup Rieke.
Sementara itu, di lapangan, kondisi darurat distribusi BBM juga dirasakan masyarakat di Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh. Pascabencana banjir dan tanah longsor, sejumlah akses jalan utama terputus sehingga pasokan BBM mengalami kelangkaan, terutama di wilayah pedalaman yang hingga kini masih sulit dijangkau.
Pantauan di lapangan menunjukkan, sejak beberapa hari terakhir warga harus antre panjang di SPBU dan kios pengecer BBM. Bahkan, sebagian masyarakat terpaksa membeli BBM dengan harga jauh di atas normal, mencapai Rp20.000 per liter, akibat distribusi yang terhambat oleh kerusakan jalan dan jembatan yang belum sepenuhnya pulih.
(Feby Novalius)