“Kami mencoba di 2019 dan kebetulan ada bantuan dari PHE WMO. Alhamdulillah berjalan dengan lancar,” ujar Kepala Desa Tlangoh Kudrotul Hidayat saat dijumpai di Pantai Pasir Tlangoh, Senin (22/12/2025) kemarin.
Pantai Pasir Putih Tlangoh yang dulu kusam, kini terawat. Daya tarik wisatawan pun memuncak pada 2019-2020. Kabar tentang keindahan Pantai Pasir Putih Tlangoh viral, dan ribuan orang berbondong-bondong datang setiap pekannya untuk menikmati keindahannya.
Berbagai strategi dilakukan untuk terus mendorong pengunjung, seperti paket Cafe on The Bus yang menggabungkan ziarah ke makam yang dilanjutkan dengan wisata ke Pantai Tlangoh. Keterlibatan UMKM setempat pun membuat warga, terutama mantan tenaga kerja Indonesia (TKI) tak perlu merantau untuk mencari rezeki.
Namun, ancaman abrasi masih menjadi persoalan di Pantai Pasir Putih Tlangoh. PHE WMO pun tak tinggal diam, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menanam hexa reef guna menekan laju abrasi.
Abrasi yang menerjang bibir pantai mencapai 7 meter per tahun, namun dengan penanaman hexa reef berhasil diminimalisir. Penambahan pemasangan hexa reef pun terus dilakukan PHE WMO, dan sejauh ini telah dilakukan pemasangan 390 ton hexa reef.
Hasilnya terlihat nyata dari studi ITS Surabaya, terbentuknya sedimentasi atau akresi pantai hingga 5 meter pada segmen tertentu, sekaligus perbaikan kualitas ekosistem bawah laut. Hexa reef kini berfungsi sebagai habitat baru dengan teridentifikasi 20 spesies ikan karang, serta menjadi media tumbuhnya karang alami.
Manager Communication Relations & CID Regional 4 Rahmat Drajat mengatakan, program ini sejalan dengan strategi perusahaan dalam konsep One Belt One Road (OBOR). Upaya ini untuk mewujudkan keberlanjutan sekaligus mendukung agenda internasional sustainability development goals (SDGs) dengan tujuannya yakni, perubahan iklim, ekosistem lautan serta pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.
“Pengembangan Pantai Pasir Putih Tlangoh sejalan dengan cita-cita besar PHE WMO untuk memajukan pesisir utara Bangkalan melalui payung program One Belt One Road. Selain itu, dengan inovasi hexa reef yang diterapkan harapannya bisa menjadi solusi permasalahan abrasi pantai Bangkalan sehingga bisa mendorong untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan Desa Tlangoh melalui pariwisata,” ujarnya.
Senior Manager Relations Regional Indonesia Timur Sigit Dwi Aryono mengungkapkan, Regional Indonesia Timur berkomitmen kuat melaksanakan program berkelanjutan dalam kerangka Environmental, Social dan Governance (ESG). Menurutnya, program ini implementasi dari aspek sosial, yakni hubungan dengan komunitas di sekitar wilayah operasi.
“Harapannya, kami dapat menjalankan peran kami semaksimal mungkin sebagai pendukung ketersediaan energi negeri, di sisi lain juga menumbuhkan kemandirian bagi masyarakat lokal,” ujarnya.
(Taufik Fajar)