JAKARTA - Nama Vallar PLC tiba-tiba menjadi topik perbincangan hangat di pasar modal Indonesia. Setelah Vallar melakukan transaksi tukar guling saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU).
Dilansir dari laporan yang dipublikasikan Vallar PLC, Kamis (18/11/2010), dalam transaksi tersebut, Vallar akan membeli 25 persen saham BUMI dan 75 persen saham BRAU, dengan nilai transaksi mencapai USD3 miliar.
Perusahaan yang bertempat di Jersey, Channel Islands ini tercatat pada London Stock Exchange (LSE) Main Market untuk efek tercatat (Ticker: VAA.L). Didirikan melalui IPO pada Juli 2010, di mana sampai akhir Agustus ini telah memperoleh keuntungan lebih dari USD1 miliar.
Tujuan utama perusahaan dalam melakukan akuisisi usaha atau aset dari BUMI dan BRAU yang bergerak pada sektor logam, pertambangan dan sumber daya alam dalam lingkup global. Selain itu, memaksimalkan potensi dari aset penghasil batu bara terbesar di Indonesia.
Kemudian memanfaatkan pengalaman manajemen, hubungan industri, dan akses terhadap permodalan. Serta eksposur terhadap penghasil batu bara terbesar dan kelima terbesar di Indonesia dalam hal produksi, basis sumber daya alam yang signifikan dan sejarah keuntungannya.
Meskipun di gembor-gemborkan sebagai perusahaan besar, total keuntungan Vallar sendiri pada akhir periode ini baru mencapai 772 ribu poundsterling atau sekira Rp11,02 triliun (kurs Rp8.977,5).
Vallar juga tercatat mengalami kerugian sebesar 21,5 juta poundsterling atau sebesar Rp307,05 triliun pada periode yang sama. Meski demikian, Vallar masih memiliki modal dan aset sekira 672 juta poundsterling atau sekira Rp9.597,3 triliun.
Dalam akusisi atas Berau dan pembelian saham BUMI, Vallar berencana melakukan pencatatan premium listing pada official list serta perdagangan dan main market LSE, diharapkan dalam waktu dekat ini akan melakukan pencatatan di Bursa Efek Indonesia.
Proses pembelian BUMI sendiri direcanakan akan seleasi pada 14 Januari 2011. Sedangkan untuk akusisi saham Berau direncanakan akan selaesai pada 8 April 2011.