JAKARTA - Penjualan bakery nasional pada tahun depan diperkirakan akan mengalami kenaikan sekira 12-15 persen dibandingkan realisasi tahun ini yang sebesar Rp5 triliun.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia (Apebi) Chris Hadijaya mengatakan, target itu bisa tercapai apabila tidak terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL) pada tahun depan. “Gejolak harga BBM dan TDL bisa memperlambat penjualan bakery pada tahun depan,” kata Chris di Jakarta, Selasa (29/11/2011).
Selain itu, kata dia, sejumlah regulasi yang diterbitkan oleh pemerintah juga dikhawatirkan akan menghambat penjualan bakery. Chris mencontohkan, penerapan sertifikasi halal pada produk bisa memakan biaya yang cukup mahal.
Sehingga, para pelaku usaha bakery yang berskala kecil akan mengalami kesulitan untuk menerapkan regulasi tersebut. Pasalnya, lanjutnya, hingga saat ini, mereka masih mengalami masalah administrasi.
Untuk itu, Chris menjelaskan, pemerintah seharusnya bisa menyosialisasikan regulasi-regulasi tersebut kepada para pelaku usaha baik yang berskala besar maupun kecil. “Sosialisasi bisa berupa pemberitahuan dan kemudahan berupa pelatihan,” ucapnya.
Pertumbuhan penjualan pada tahun depan, kata dia, juga didorong oleh semakin banyaknya investasi berupa ekspansi usaha yang dilakukan oleh produsen bakery berskala besar seperti PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang memproduksi Sari Roti.
“Investasi kebanyakan dilakukan oleh perusahaan yang sudah eksisting. Sementara yang baru sedikit sekali. Sekira 75 persen investasi masih dilakukan oleh pemain lama, dan 25 persen oleh pemain baru,” jelasnya.
Sementara, terkait krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, Chris mengatakan, kondisi itu tidak berdampak buruk terhadap industri bakery nasional. Pasalnya, kata dia, produk bakery buatan lokal tidak ada yang diekspor ke dua wilayah itu. Selain tidak memiliki daya tahan yang lama, karakteristik produk bakery buatan lokal juga berbeda dengan buatan Eropa dan AS.
“Bakery kita lebih lembut. Sementara buatan mereka lebih keras. Jadi tidak cocok,” tuturnya.
Saat ini, bakery nasional masih diekspor ke kawasan Asia dalam jumlah yang relatif kecil yakni di bawah satu persen. Krisis tersebut, lanjutnya, justru akan menguntungkan industri bakery nasional.
“Ketika krisis terjadi, maka harga bahan baku seperti gandum akan mengalami penurunan. Jadi akan menguntungkan kami,” tandasnya.
(Widi Agustian)