JAKARTA - Badai Sandy yang menyerang Amerika Serikat (AS) menimbulkan kecemasan tersendiri terutama kepada aktivitas keuangan AS. Hal tersebut dirasakan para pelaku pasar yang menjadikannya sebagai sentimen negatif.
Demikian disampaikan Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada. Menurut dia, nilai tukar rupiah dipicu kecemasan pelaku pasar terhadap seberapa lama badai Sandy akan mengganggu aktivitas sektor keuangan dan aktivitas pemerintahan AS.
"Pasar juga khawatir badai tersebut akan berubah menjadi badai Katrina seperti yang terjadi pada 2005, sehingga menyebabkan terhentinya perdagangan atau aktivitas keuangan dan aktivitas lainnya," katanya di Jakarta, Rabu (31/10/2012).
Sementara itu sentimen negatif lainnnya muncul dari ketidakpastian waktu bagi Yunani untuk mendapatkan dana bailout berikutnya. Namun munculnya sentimen positif dari Bank of Japan (BoJ) diharapkan mampu menaham pelemahan terhadap rupiah.
"Sentimen negatif tersebut terhalangi seiring BoJ yang kembali memberikan stimulus moneter. BoJ kembali mengucurkan tambahan stimulus berupa pembelian aset/obligasi senilai 11 triliun yen. Padahal, BoJ sebelumnya hanya diprediksi menambah stimulus senilai 10 triliun yen," ungkap Reza.
(Martin Bagya Kertiyasa)