JAKARTA - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan mengalami penurunan, meskipun tipis. Hal itu seiring aksi pelaku pasar menghindari aset berisiko.
"Apalagi dengan sentimen belum jelasnya pemberlakuan kenaikan harga BBM membuat proyeksi pelaku pasar terhadap neraca berjalan dan inflasi Indonesia berubah," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Jumat (31/5/2013).
Reza menambahkan, neraca berjalan (current account) Indonesia masih defisit USD5,3 miliar atau 2,4 persen dari PDB berdasarkan rilis 15 Mei 2013.
"Selain itu di sisi lain, pelaku pasar juga merespon negatif adanya aksi jual asing yang bertahap di pasar saham," jelasnya.
Untungnya, lanjut dia, pelemahan rupiah menjadi terbatas setelah dolar juga turun pasca-kenaikan yield obligasi AS untuk tenor 10 tahun yang saat ini berada di level 2,11 persen.
(Widi Agustian)