JAKARTA - Presiden Soekarno sering melakukan pertemuan dengan para tamu negara dan menteri-menteri di Istana Bogor. Sidang kabinet pun tak jarang diselenggarakan di sana. Di Istana Bogor pula Bung Karno mencanangkan pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian pada 31 Desember 1961.
Seiring dengan makin berperannya Indonesia dalam percaturan dunia, Istana Bogor mewadahi pertemuan lima Perdana Menteri pada 1954: Ali Sastroamidjojo (tuan rumah), Pandit Jawaharlal Nehru (India), Mohammad Ali (Pakistan), Sir John Kotelawala (Sri Lanka), U Nu (Burma).
Pertemuan itu berhasil mencapai kesepakatan untuk menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun berikutnya, sebuah langkah awal strategis untuk mengokohkan kerja sama negara-negara Asia dan Afrika, yang juga merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok yang pada 1992-1995 diketuai oleh Presiden Soeharto.
Hingga sekarang, ruang tempat pertemuan para perdana menteri lima negara itu masih disebut sebagai Ruang Pancanegara. Bendera-bendera kebangsaan lima negara masih menghiasi ruangan itu. Tatanan meja-kursi itu pun masih dipertahankan. Demikian hasil penelusuran Okezone dari berbagai sumber, Senin (6/4/2014).
Ruang Pancanegara itu terletak di gedung sayap kiri. Gedung yang memiliki enam kamar tidur yang bagi para tamu negara setingkat menteri ini dilengkapi juga dengan sebuah ruang makan dan ruang duduk. Pada masa Belanda, sayap kiri ini dipergunakan bagi hunian staf Gubemur Jenderal.
Gedung sayap kanan diperuntukkan tamu-tamu negara setingkat kepala negara atau kepala pemerintahan. Pada masa Belanda bagian ini juga menjalankan fungsi yang sama. Bagian ini hanya terdiri atas empat kamar tidur.
Satu-satunya anggota keluarga Kerajaan Belanda yang pemah menginap di sini adalah Pangeran Willem Frederik Hendrik pada 1837. Beberapa raja dan presiden telah menjadi tamu Republik Indonesia di Istana Bogor.
Di bagian depan, di belakang serambi terbuka gedung induk Istana Bogor, terdapat sebuah bangsal yang kini dikenal dengan sebutan Ruang Teratai. Penamaan demikian bermula dengan adanya sebuah lukisan bunga teratai karya CL Dake Jr yang menjadi elemen artistik paling menonjol di ruang duduk itu.
Ini adalah lukisan yang dibuat pada 1952 berdasarkan teratai besar (Victoria regia) dari Amazon, Brasil, yang menghiasi kolam di depan Istana Bogor.
Di antara Ruang Teratai dengan balairung utama di belakangnya, terdapat sebuah koridor kecil yang disangga empat saka berlaras Korintia. Pada dinding-dinding sisinya, tergantung cermin besar berbingkai emas yang diletakkan berhadapan, sehingga menciptakan refleksi seolah-olah ada seribu bayangan terpantul hingga nun ke ujung sana. Cermin ini dikenal dengan sebutan Kaca Seribu.
Cermin dan saka-saka Korintia ini merupakan sedikit saja dari elemen artistik yang masih asli sejak dibangunnya Istana ini pada tahun 1850.
(Widi Agustian)